PENYEBAB UTAMA PERPECAHAN UMAT ISLAM DI INDONESIA
Pemeluk Agama Islam di Indonesia
konon katanya merupakan populasi terbesar di dunia, tapi sayang mereka
menganut Agama Islamnya bukan atas dasar pemahaman dan keyakinan yang
haq, tapi atas dasar keturunan sehingga melahirkan generasi muslim yang
awam terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Dari semenjak kecil mereka
dikenalkan dengan Agama Islam yang bathil atau Islam turunan yang ada
di bawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Mulkiyah Thogut), padahal di
zaman Rosululloh SAW bahwa Islam bukanlah sebuah Agama tapi sebuah
Ad-Din (sistem hidup), akibat dari salah menafsirkan kata Ad-Din menjadi
Agama, maka akhirnya umat Islam di Indonesia ini secara turun temurun
menjadi penganut Agama Islam yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul
Jahiliyah (Mulkiyah Jahiliyah atau Mulkiyah Thogut).
Definisi Ad-Din
dalam Al-Qur’an dan bahasa Arab merupakan hal yang unik; seperti halnya
definisi Ad-Din menurut versi Alloh tidak akan sama dengan definisi
Agama menurut versi bahasa Indonesia
(Sansakerta), definisi sholat menurut versi Alloh tidak sama dengan
definisi sembahyang menurut versi bahasa Indonesia dan begitu juga
dengan definisi shaum tidak sama dengan definisi puasa menurut versi
bahasa Indonesia.
Istilah Ad-Din dalam Al-Qur’an boleh
diterjemahkan secara teknis ke dalam bahasa Indonesia menjadi Agama,
tapi Agama harus diberi pengertian yang sesuai dengan yang diharapkan
oleh Alloh dan Rosul-Nya. Sebab jika Agama diartikan sebagaimana asal
bahasanya (Sansakerta), maka jika disambungkan dengan kata ISLAM akan
melahirkan definisi AGAMA ISLAM yang tidak sama dengan DINUL ISLAM.
Hal ini
sangat prinsip sekali, mengingat efek yang ditimbulkan dari salah
memberi pengertian terhadap istilah DINUL ISLAM akan sangat fatal,
akibat dari kekeliruan dalam mengaflikasikan dari istilah itu, maka
akhirnya kita salah alamat bukannya kita melaksanakan DINUL ISLAM yang
Alloh kehendaki, malah kita hanyut dan larut dalam kehidupan AGAMA ISLAM
yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah. Mereka sama sekali
tidak mengenal akan keberadaan Agama Islam yang benar yakni Agama Islam
yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL ISLAM. Oleh karena itu mulai
sekarang kita sama-sama untuk menggali definisi dan ruang lingkup yang
ada dalam Risalah Dinul Islam secara utuh. Tinggalkanlah pemahaman AGAMA
ISLAM yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL JAHILIYAH, mari sekarang
kita untuk berhijrah secara totalitas ke dalam AGAMA ISLAM yang ada
dibawah naungan LEMBAGA DINUL ISLAM.
Untuk Lebih Jelasnya Saya Disini Akan
Membongkar Pemahaman Yang Salah Terhadap Pemberian Definisi dari Risalah
Dinul Islam Secara Lengkap dan Utuh (Kaffah) Seperti Yang Alloh dan
Rosul-Nya Kehendaki. Karena Hal Ini Merupakan Penyebab Utama Terjadinya
Perpecahan dan Perbedaan Pemahaman Diantara Kaum Muslimin Di Indonesia. Mudah-Mudahan Bermanfaat.
Daftar Isi:
BAB I Risalah Dinul Islam
1. Pengertian Risalah.
2. Pengertian Ad-Din.
3. Pengertian Al-Islam.
4. Lawan Dinul Islam (Dinul Jahiliyah).
5. Perbedaan Dinul Islam dan Dinul Jahiliyah.
6. Perbedaan Pengertian Agama dan Ad-Din.
7. Ciri-Ciri Keadaan Pemeluk Agama Islam Yang Ada Dibawah Naungan Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah.
8. Ciri-Ciri Pemeluk Agama Islam Yang Ada Dibawah Naungan Lembaga Dinul Islam Madinah.
9. Gambaran Struktur Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah.
BAB II Ruang Lingkup Risalah Dinul Islam.
1. Aqidah – Tauhid.
2. Syari’at – Ibadah.
3. Akhlaq.
URAIAN
BAB I Risalah Dinul Islam
1. Pengertian Risalah.
- Ajaran, tuntunan atau konsep hidup.
- Amanah dari Alloh SWT Qs 7:79.
Jadi yang dimaksud dengan RISALAH
adalah ajaran, tuntunan atau konsep hidup hasil ciptaan Alloh SWT yang
diamanahkan (diwahyukan/diembankan) kepada para Rosul-Nya (Nabi Adam
Alahis Salam hingga Nabi Muhammad
SAW) melalui malaikat Jibril AS supaya dijadikan pedoman dalam menata
dan mengatur seluruh aspek kehidupan lahir dan bathin manusia dengan
tujuan demi tercapainya keselamatan dan kebahagiaan yang sejati di dunia
dan akhirat.
Risalah Alloh yang diturunkan ke muka
bumi ini dari sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW adalah tunggal
yakni; DINUL ISLAM atau DIN ISLAM. Simak pengakuan Para Nabi, Rosul dan
orang sholeh yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an;
- Nabi Ibrohim Qs 22:78 / 2:125,130-136 / 3:64-67,84.
- Nabi Ismail Qs 3:19.
- Nabi Yaqub Qs 2:132-136.
- Nabi Yusuf Qs 12:101.
- Nabi Sulaiman Qs 27:29-31.
- Nabi Isa Qs 3:19.
- Kaum Khawariyun pembela Nabi Musa Qs 3:52.
- Tukang sihir yang ditaklukkan oleh Nabi Musa Qs 7:126.
- Ratu Balqis (Raja Saba) Qs 27:44.
- Seorang sholeh Qs 46:15.
Dan berikut komentar Nabi Muhammad SAW;
Nabi-nabi ialah bersaudara yang tidak seibu, ibunya berlainan tapi din-nya satu. (HR Bukhori Muslim dan Abu Daud).
2. Pengertian Ad-Din.
Arti AD-DIN secara teknis;
- Balasan, pahala.
- Anugerah, penghormatan.
- Sistem ke rajaan, sistem pemerintahan, negara.
- Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Inggris adalah religion.
- Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Belanda adalah religie.
- Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Indonesia adalah AGAMA
Dilihat dari bahasa Arab dalam kamus Al-Munjid, bahwa kata AD-DIN dalam bentuk jamaknya Ad-dyan, yang berarti:
1. Al-Jaza wal mukafah, yang berarti:
- Balasan, pahala.
- Anugerah, penghormatan.
- Sistem ke rajaan, sistem pemerintahan, negara.
2. Al-MalikuWas Sulthon, yang berarti:
- Sistem kekuasaan, sistem kedaulatan, kerajaan dengan rajanya.
- Sistem pengelolaan, sistem pengurusan.
3. At-Tadbir, yang berarti:
- Sistem pemerintahan.
- Sistem ketentuan, peraturan, norma.
4. Al-Qodho, yang berarti:
- Sistem perundang-undangan.
- Sistem ketetapan, keputusan.
5. Al-Hukmu, yang berarti:
- Sstem peradilan, sistem hukum pidana dan perdata.
- Sistem persidangan, perhitungan.
6. Al-Hisab, yang berarti:
- Sistem pemutusan perkara.
- Sistem kecintaan.
7. At-Tho’at, yang berarti:
- Sistem ketaatan, kesetiaan / loyalitas.
8. Al-Ibadah, yang berarti: sistem ibadah (sistem penyembahan, sistem penghambaan atau sistem pengabdian).
B. Pengertian AD-DIN menurut H. Moenawar Cholil:
Kata AD-Din merupakan masdar dari kata kerja dana – yadinu – adyan yang menurut bahasa berarti:
- Cara, adat kebiasaan, budaya.
- Undang-undang, aturan, norma.
- Kecintaan, ketaatan, kesetiaan, nasihat.
- Meng-Esa-kan Alloh.
- Perhitungan, peradilan.
- Pembalasan.
- Hari kiamat, hari menegakkan keadilan.
- Agama.
Terlihat dan cukup jelas sekali di sini
bahwa agama tidak mewakili pengertian AD-DIN, akan tetapi ia hanya
merupakan cabang atau satu aspek yang ada dalam sebuah AD-DIN.
C. Pengertian AD-DIN menurut Alloh SWT Dalam Al-Qur’an;
- Undang-Undang / Aturan / Hukum Qs 12:76.
- Hukum / Peradilan Qs 24:2 / 9:36.
- Kekuasaan (Kedaulatan) Qs 56:86 / 3:83
- Ibadah; Pengabdian (Ketaatan / Loyalitas) Qs 16:52 / 39:11 / 40:14,65
- Agama Qs 107:1
- Pembalasan Qs 1:4 / 82:17 / 95:7.
- Tatanan / Sistem Hidup Qs 110:1-4 / 3:19,85 / 5:3 / 42:13
Untuk lebih jelasnya, sekarang simaklah firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pengertian AD-DIN:
1. Maka mulailah Yusuf (memeriksa)
karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri,
kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Dengan demikian Kami (Alloh) membuat program bagi Yusuf, tidak patut Yusuf mengadili saudaranya dengan undang-undang Raja kecuali Alloh mengizinkan-Nya Qs 12:76.
2. Apakah mereka mempunyai pemimpin selain dari Alloh yang mensyari’atkan (menetapkan) untuk membuat aturan bagi mereka tanpa legalitas (izin resmi) dari Alloh….? Qs 42:21.
3. Perempuan yang berzina
dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap keduanya sebanyak
seratus kali dera dan janganlah merasa belas kasihan kepada keduanya
dalam (menjalankan) peradilan / hukum Alloh,
jika kalian beriman kepada Alloh dan hari akhirat dan hendaklah
pelaksanaan hukuman itu disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang
beriman Qs 24:2.
4. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan hukum
yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang
empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka
memerangi kamu semuanya dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa Qs 9:36.
5. Maka apakah mereka mengakui selain kekuasaan Alloh, padahal hanya kepada-Nya-lah tunduk
seluruh apa yang ada di langit dan di bumi baik dengan rela maupun
dengan terpaksa dan hanya kepada Alloh-lah mereka di kembalikan Qs 3:83.
6. Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Qs 56:86
7. Dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini, maka hanya untuk-Nya-lah ketaatan / loyalitas itu selama-lamanya. Maka mengapa kalian bertaqwa (taat / loyal) kepada selain Alloh Qs 16:52.
8. Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya mengabdi hanya kepada Alloh saja dengan memurnikan ketaatan / loyalitas kepada-Nya dalam menjalankan sistem (Islam)” Qs 39:11.
9. Maka mengabdilah kepada Alloh dengan memurnikan ibadah / pengabdian kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya Qs 40:14.
10. Dia-lah Yang Maha Hidup Kekal, tidak ada pimpinan selain Dia, maka mengabdilah kepada Dia dengan memurnikan pengabdian kepada-Nya. Segala puji hanya milik Alloh Robb seluruh alam Qs 40:65.
11. Yang menguasai hari pembalasan Qs 1:4.
12. Untukmu agama-mu dan untukku agama-ku Qs 109:6.
13. Dia-lah yang telah mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk (kitabulloh) dan sistem hidup yang haq supaya ditegakkan di atas sistem hidup yang lain, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya Qs 9:33.
14. Dan berjuanglah sampai tatanan / sistem Alloh itu terlaksana (tegak) seluruhnya hingga tiada kekacauan lagi……….Qs 8:39.
15. Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-din (sistem hidup)
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa
Yaitu: Tegakkanlah Ad-Din dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik untuk ber-sistem (Islam) seperti yang kamu serukan kepada mereka. Allah menarik orang kepada sistem (Islam) itu sesuai dengan kehendak-Nya dan memberi petunjuk kepada orang yang mau kembali (kepada Din-Nya) Qs 42:13.
16. Apabila telah tiba pertolongan Alloh dan kemerdekaan (Dinul lslam di wilayah negeri Indonesia), maka kalian akan melihat manusia berbondong-bondong masuk Agama Alloh (Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam), maka bertasbihlah dengan memuji Robb-mu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat Qs 110:1-3.
17. Pada hari ini telah Ku-sempurnakan din-mu untuk kalian semua dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku kepadamu dan telah Ku-ridhoi Islam ini sebagai tatanan / sistem hidup bagi kalian Qs 5:3.
18. Sesungguhnya din yang diridhoi di sisi Alloh hanyalah din Islam… Qs 3:19.
19. Barangsiapa yang mencari din selain din Islam,
maka sekali – kali tidak akan diterima (seluruh amal ibadah)
daripadanya dan di akhirat kelak ia akan digolongkan dengan orang –
orang yang merugi (Neraka) Qs 3:85.
20. Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan membawa al-haq (Dinul Islam) dari sisi Kami,
mereka berkata: “Bunuhlah anak-anak orang yang beriman bersama dengan
dia (Musa) dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka”. Dan tipu daya
orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). Dan berkata
Fir’aun (kepada aparaturnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan
hendaklah ia memohon kepada Robbnya, karena sesungguhnya aku khawatir
Dia akan merubah tatanan / sistem hidup kalian atau membuat kerusakan di muka bumi”. Qs 40:25-26.
21. Dan janganlah kalian percaya selain kepada orang-orang yang mengikuti din-mu. Katakanlah: “Sesungguhnya pedoman (yang harus diikuti) hanyalah pedoman yang bersumber dari Alloh (Kitabulloh)“ Qs 3:73.
22. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada sistem Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) sistem hidup yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui Qs 30:30.
23. Tidak ada paksaan untuk (masuk / berhijrah ke dalam) Agama (yakni Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam).
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat,
karena itu barangsiapa yang kafir kepada thogut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui Qs 2:256.
24. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama ?
Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi
makan orang miskin. Maka celakanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya, orang-orang yang berbuat
riya [a] dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna [b]. Qs
107:1-8.
- Riya ialah melakukan suatu pekerjaan tidak untuk mencari keridhoan Allah (karunia; ampunan dan kasih sayang Alloh), akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran (popularitas / ketenaran) di hadapan manusia.
- Sebagian mufasirin mengartikan: enggan membayar zakat atau infaq
25. Barangsiapa diantara kalian yang murtad (keluar) dari Din (Islam)
lalu ia mati dalam keadaan keingkarannya (menolak untuk kembali ke
dalam Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam lagi), maka
itulah orang-orang yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya Qs 2:217.
Definisi Ad-Din yang telah diuraikan di
atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara definisi
yang satu dengan yang lainnya, sehingga jika diaflikasikan dalam
kehidupan bermasyarakat, maka akan membentuk sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga atau sebuah kedaulatan, kekuasaan atau pemerintahan yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek dan sendi kehidupan manusia.
Berdasarkan kepada definisi kata AD-DIN
menurut versi bahasa Arab dalam kamus Al-Munjid, menurut versi H.
Moenawar Cholil dalam kamusnya dan menurut versi Alloh SWT dalam
Al-Qur’an, maka dapat kita simpulkan bahwa definisi AD-DIN tidak sama
dengan AGAMA, akan tetapi AGAMA hanyalah merupakan salah satu komponen
kecil yang ada dibawah naungan sebuah Lembaga AD-DIN. Seperti halnya
KOMPUTER tidak sama dengan MONITOR, tapi MONITOR hanyalah merupakan
salah satu perangkat yang ada dalam sebuah KOMPUTER, atau seperti sebuah
RUMAH tidak sama dengan DAPUR, tapi DAPUR hanyalah merupakan sala satu
komponen yang ada dalam sebuah RUMAH, atau seekor GAJAH tidak sama
dengan TELINGA GAJAH, tapi TELINGA GAJAH hanyalah merupakan salah satu
komponen yang ada dalam seekor GAJAH…!
Segala bentuk tatanan, sistem hidup
masyarakat; kedaulatan, kekuasaan, kepemimpinan, pemerintahan, kerajaan,
negara, daulah atau khilafah, maka itulah yang dalam Al-Qur’an disebut
dengan AD-DIN .
Jadi yang dimaksud dengan AD-DIN
adalah sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga
yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek dan sendi
kehidupan manusia yakni menaungi; menata dan mengatur masalah; IDEOLOGI
(PAHAM, POLA PIKIR, CARA PANDANG, KEYAKINAN, CITA-CITA), POLITIK
(KETATANEGARAAN; KEDAULATAN, KEPEMIMPINAN, PEMERINTAHAN), HUKUM (UU
PIDANA & PERDATA), EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA,
PENDIDIKAN, PERNIKAHAN (BERKELUARGA), KESEHATAN, HANKAM (MILITER),
IPTEK, OLAH RAGA, AKHLAK (MORAL), KETA’ATAN, dan lain sebagainya dengan
berpedoman kepada UU dan Hukum yang berlaku di wilayah tersebut, seperti
Lembaga Din Amerika Serikat, Din Malaysia, Din Fhilipina, dan
lain-lain.
3. Pengertian Al-Islam.
A. Pengertian Al-Islam Menurut Bahasa Arab;
Kata ISLAM berasal dari asal kata:
1. Salama – Yuslimu – Islaaman, yang berarti; berserah diri, tunduk, patuh, taat.
Ini berarti bahwa yang dimaksud dengan
orang Islam ialah orang yang beraqidah-tauhid (berideologi Islam)
kemudian ia menyerahkan seluruh ketaatan dan kesetiaannya itu hanya
kepada pimpinan penyelenggara Dinul Islam (Alloh, Rosul dan Ulil amri /
pelanjut-Nya) Qs 4:59. Ia menyerahkan ketaatan dan kesetiaanya itu
dengan penuh kesadaran, kecintaan dan pengorbanan dengan tujuan hanya
untuk mengharapkan keridhoan dan rahmat dari Alloh saja, tidak ada unsur
keraguan dan keterpaksaan sedikitpun Qs 2:207 / 9:62.
2. Salima – Yuslamu – Silman, yang berarti; damai.
Islam benci peperangan tapi Islam pantang
mundur apabila diserang oleh musuh dan hanya yang menyerang Islam-lah
yang harus diperangi. Bagi mereka yang tidak memerangi dan tidak
mengusir orang Islam karena din-nya serta tidak membantu pihak yang memerangi dan mengusir, maka Islam akan memperlakukannya dengan adil Qs 60:7-9.
3. Jika diambil dari asal kata; Salima – Yuslamu – Salaaman, maka berarti; selamat, sejahtera.
Ini mengandung arti bahwa hanya Dinul
Islam-lah yang mendapat restu dan ridho dari Alloh sebagai satu-satunya
tatanan dan sistem hidup masyarakat yang harus tegak di muka bumi ini Qs
6:3 / 3:19,85. Dan hanya dengan Dinul Islam-lah manusia akan selamat
serta sejahtera di dunia dan akhirat, tidak ada alternatif lain Qs 7:176
/ 3:10 / 9:128.
4. Kemudian jika kata Islam diambil dari kata; Salam – Yuslamu – Sulaaman, maka berarti; tangga menuju ke atas atau jenjang untuk menuju derajat tingkat atas.
Ini berarti bahwa dalam sistem Islam
berlaku tingkatan kemuliaan, akan tetapi tingkat kemuliaan ini bukan
diukur atas dasar tingkat keduniaan tapi atas dasar tingkat perjuangan
dan pengabdiannya kepada Alloh SWT yang direalisasikan dalam wadah Dinul
Islam.
B. Pengertian AL-ISLAM Menurut Alloh SWT Dalam Al-Qur’an;
- Berserah diri dan pasrah Qs 3:83,102 / 4:125 , 31:22.
- Tunduk, patuh dan taat Qs 49:14 / 22:34.
- Bersih / Suci Qs 26:89 / 37:84.
- Damai Qs 8:61 / 47:35.
- Selamat Qs 36:58 / 11:69.
- Sejahtera Qs 37:120 / 97:5.
- Tangga Qs 6:35 / 52:38.
Jadi kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan yang sejati akan tercapai apabila diri kita beriman (kepada rukun Iman yang enam) kemudian menghijrahkan
seluruh jiwa dan harta kita secara totalitas ke dalam Agama Islam yang
ada dibawah naungan Dinul Islam Qs 4:100 / 9:20-22 / 22:58, setelah itu
ia tidak ragu-ragu untuk ikut serta berjihad (berjuang)
mensukseskan program-program yang ada dalamnya dengan seluruh jiwa dan
harta yang dimiliki hingga titik darah penghabisan Qs 49:15 dengan
tujuan hanya untuk mengharapkan ridho Alloh (ampunan Alloh) saja, tidak
ada tujuan lain Qs 2:207 / 9:62.
Oleh sebab itu belum pantas seseorang
masuk syurga Alloh, jika ia tidak ikut serta berjihad (berjuang)
mensukseskan program-program yang ada dalam Dinul Islam dengan sabar
hingga titik darah penghabisan Qs 2:214 / 3:142.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah
datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah
itu Amat dekat Qs 2:214.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjuang
diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar (dalam menjalankan
tugas) Qs 3:142.
Jadi yang dimaksud dengan DINUL ISLAM
adalah sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga
hasil ciptaan Alloh SWT yang diwahyukan (diembankan) kepada para
Rosul-Nya yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek
dan sendi kehidupan manusia yakni menaungi; menata dan mengatur masalah;
IDEOLOGI (PEMAHAMAN, KEYAKINAN, CITA-CITA), POLITIK (KETATANEGARAAN;
KEDAULATAN, KEPEMIMPINAN, PEMERINTAHAN), HUKUM (UU PIDANA &
PERDATA), EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, PENDIDIKAN,
PERNIKAHAN (BERKELUARGA), WARIS, KESEHATAN, HANKAM (MILITER), IPTEK,
OLAH RAGA, AKHLAK (MORAL), dan KETA’ATAN dengan berpedoman kepada UUD
yang bersumber dari Wahyu Alloh (Al-Qur’an dan Sunnah), seperti halnya
Lembaga Dinul Islam yang telah diproklamasikan oleh Rosululloh SAW di
wilayah Madinah. Nama lain dari Lembaga Dinul Islam ialah Lembaga Islam
Kaffah, Lembaga Mulkiyah Islam atau Lembaga Daulah Islam atau Lembaga
Khilafah Islam.
4. Lawan Dinul Islam (Dinul Jahiliyah).
Lawan atau Musuh Besar Dinul Islam ialah
Din Ghoir Islam (Din Jahiliyah atau Sistem Jahiliyah). Segala bentuk
tatanan, sistem hidup masyarakat; kedaulatan, kekuasaan, kepemimpinan,
pemerintahan, kerajaan, negara, daulah atau khilafah, maka itulah yang
dalam Al-Qur’an disebut dengan AD-DIN .
Istilah Ad-Din ini tidak hanya dikhususkan untuk Islam saja, akan
tetapi ditujukan juga kepada segala bentuk tatanan atau sistem hidup
masyarakat, sistem kekuasaan, sistem kepemimpinan, sistem pemerintahan,
sistem kerajaan, sistem negara, sistem daulah atau sistem khilafah yang
di dalamnya menanugi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, sekalipun tidak berpedoman kepada Wahyu Alloh (Kitabulloh),
seperti halnya Lembaga Ad-Din yang telah diproklamasikan oleh Fir’aun,
Raja Namruz, Raja Abrahah, dan Lembaga DINUL JAHILIYAH MEKKAH yang
dipimpin oleh Abu Jahal Cs. Itulah definisi AD-DIN yang sesungguhnya
sesuai dengan yang diharapkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
Di planet bumi ini terdiri dari berbagai
macam dan bentuk Ad-Din (tatanan / sistem hidup) yang dianut oleh
manusia dengan pedoman yang berbeda pula, tapi ingat AD-DIN yang
diturunkan oleh Alloh SWT ke muka bumi ini hanya satu, yakni DIN ISLAM
atau DINUL ISLAM. Sudah menjadi hukum alam atau Sunatulloh bahwa
kehidupan di dunia ini selalu berpasang-pasangan; ada siang dan ada
malam, ada laki-laki dan ada perempuan, ada syurga dan ada neraka, ada
kebenaran dan ada pula kebathilan, begitu juga dengan Ad-Din. Secara
global Ad-Din yang ada di muka bumi ini hanya ada dua, yakni DINUL ISLAM
dan DIN GHOIR ISLAM atau DIN JAHILIYAH.
A. Pengertian Dinul Jahiliyah (Din Ghoir Islam).
- Pengertian Din (sudah dijelaskan di atas).
- Pengertian Jahiliyah.
Kata Jahiliyah berasal dari kata Jahala
yang berarti; bodoh, tidak faham, tidak mengerti, tidak ma’rifat atau
tertipu. Diantara pembaca mungkin telah banyak yang pernah mendengar dan
membaca istilah jahiliyah atau masyarakat jahiliyah
dan banyak pula yang mengerti bahwa yang dimaksud dengan istilah
jahiliyah adalah keadaan bangsa Arab yang hidup pada masa sebelum Nabi
Muhammad SAW diangkat sebagai pimpinan Dinul Islam. Mereka saat itu
dalam keadaan serba terpuruk dalam segala aspek kehidupan. Mereka bodoh
dan gelap tidak bisa keluar dari berbagai keterpurukan dan kebangkrutan,
akibat dari telah jauh meninggalkan konstitusi (pedoman dan aturan
hidup) yang telah disediakan oleh Alloh SWT.
Maksud 4 kata Jahiliyah dalam Al-Qur’an;
1. Dzonal Jahiliyah (Berprasangka buruk kepada Alloh) Qs 3:154.
Ciri khas orang jahiliyah yang pertama
ialah; berprasangka buruk kepada Alloh atau tidak percaya atas kemampuan
Alloh dalam menciptakan aturan dan hukum bagi manusia yang telah
diciptakan-Nya, artinya; ia berprasangka buruk bahwa jika aturan dan
hukum Alloh (Al-Qur’an dan Sunnah) itu diterapkan dalam tatanan hidup
masyarakat atau dalam sebuah negara, maka akan menimbulkan berbagai
kekacauan, ketidakadilan, peperangan, kemiskinan dan berbagai bencana
lainnya. Mereka tidak sadar bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik
kesejahteraan, keselamatan maupun kesengsaraan; kekacauan,
ketidakadilan, peperangan, kemiskinan dan lain sebagainya seluruhnya
dikendalikan penuh oleh Alloh SWT.
Seandainya penduduk suatu negeri itu
beriman dan bertaqwa kepada Alloh (menjadikan Kitabulloh sebagai sumber
undang-undang dan hukum tertinggi), pastilah Kami limpahkan berkah
(rezeki) kepada mereka dari berbagai penjuru langit dan bumi, akan
tetapi mereka mendustakan (undang-undang dan hukum yang telah diciptakan
Alloh), maka Kami siksa mereka (penduduk negeri tersebut) disebabkan
oleh perbuatannya Qs 7:96.
2. Hukmal Jahiliyah (Beraturan atau berhukum Jahiliyah) Qs 5:50.
Ciri khas orang jahiliyah yang kedua
ialah; ia ridho dan rela untuk diatur, diundang-undangi dan dihukumi
oleh aturan dan hukum jahiliyah (selain Al-Qur’an dan Sunnah). Dikarena
dalam akal mereka telah berprasangka buruk kepada Alloh; bahwa jika
aturan dan hukum Alloh itu diterapkan dalam tatanan sosial masayarakat
atau dalam sebuah negara, maka akan menimbulkan berbagai kekacauan,
perpecahan, ketidakadilan, peperangan, kemiskinan dan berbagai bencana
lainnya, maka selanjutnya ia mencari aturan dan hukum alternatif yang
cocok dengan hati nuraninya dengan meninggalkan aturan dan hukum yang
telah disediakan oleh Alloh (Al-Qur’an dan Sunnah).
Apakah hukum jahiliyah (undang-undang
buatan manusia) yang mereka kehendaki dan (hukum) siapakah yang lebih
baik daripada (hukum hasil ciptaan) Allah bagi orang-orang yang yakin ?
Qs 5:50.
…….Barangsiapa yang tidak memutuskan
perkara menurut apa yang telah diturunkan oleh Alloh (undang-undang dan
hukum Qur’an), maka itulah orang yang kafir Qs 5:44.
Dan Kami telah tetapkan terhadap
mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa,
mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi
dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang
melepaskan (hak kisos)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus
dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah (undang-undang dan hukum Qur’an), maka mereka itu ialah
orang-orang yang dzalim Qs 4:45.
Ini (Al-Qur’an) adalah petunjuk. Dan
orang-orang yang menolak ayat-ayat Alloh (undang-undang dan hukum
Qur’an) bagi mereka azab dan siksa yang sangat pedih Qs 45:11.
3. Tabarujjal Jahiliyah (Berpola hidup Jahiliyah) Qs 33:33.
Ciri khas orang
jahiliyah yang ketiga ialah; ia berpola hidup; berbudaya, berpakaian,
bersolek atau berdandan jahiliyah, yaknI tidak sesuai dengan aturan dan
perintah Alloh. Itulah buah dari penerapan aturan dan hukum Non Wahyu
(selain Al-Qur’an dan Sunnah). Mereka lebih percaya (iman) kepada aturan
dan hukum yang bersumber dari produk manusia dengan meninggalkan aturan
dan hukum yang telah disediakan oleh tuhannya (Al-Qur’an dan Sunnah).
Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku (berpaling dari aturan dan hukum Qur’an), maka
sesungguhnya akan diberikan kepadanya penghidupan yang sempit (serba
sengsara) dan Kami akan mengumpulkan mereka di hari qiyamat dalam
keadaan buta Qs 20:124.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
kepada ayat-ayat Kami (menolak aturan dan hukum Qur’an), kelak akan Kami
masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti
kulit yang lain (kulit baru) supaya mereka merasakan (pedihnya)
azab-(Ku). Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana Qs 4:56.
4. Hamiyatal Jahiliyah (Kesombongan Jahiliyah) Qs 48:26.
Ciri khas orang jahiliyah yang keempat
ialah; berprilaku sombong kepada Alloh. Dikarenakan mereka sudah merasa
mampu dan hebat dalam menyediakan aturan dan hukum bagi masyarakatnya,
maka dari itu mereka sudah tidak lagi membutuhkan aturan dan hukum yang
berasal dari tuhannya. Mereka berkeyakinan bahwa aturan dan hukum yang
telah dibuatnya adalah lebih sempurna dibandingkan dengan aturan dan
hukum yang telah diciptakan oleh tuhannya (Alloh SWT).
Aturan dan hukum yang telah ditegakkan
dalam tatanan masyarakat dan negaranya adalah sudah final / harga mati,
tidak bisa diganggu gugat apapun alasannya; mereka lebih baik mati dan
hancur lebur ditimpa bebagai bencana daripada harus kembali kapada
konstitusi (aturan dan hukum) yang telah disediakan oleh Alloh SWT
(Al-Qur’an dan Sunnah), mereka sudah tidak lagi merasa takut dengan azab
yang dincamkan Alloh SWT, ancaman itu dinggapnya hanya sebatas dongeng
zaman jahiliyah dulu yang tidak mungkin menimpa negerinya yang serba
canggih dalam mendeteksi dan menangani berbagai bencana. Itulah puncak
kesombongan para pejabat dan warga Din Jahiliyah Mekkah fii Indonesia.
Seandainya penduduk suatu negeri itu
beriman (kepada sistem Islam) dan bertaqwa kepada Alloh (melaksanakan
aturan dan hukum Al-Qur’an), pastilah Kami limpahkan berkah (rezeki)
kepada mereka dari berbagai penjuru langit dan bumi, akan tetapi mereka
mendustakan (undang-undang dan hukum Qur’an), maka Kami siksa mereka
(penduduk negeri tersebut) disebabkan oleh perbuatannya Qs 7:96.
Dan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami (menolak aturan dan hukum Al-Qur’an), maka nanti akan
Kami bawa mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kesengsaraan dan
kehancuran) dengan cara yang yang tidak mereka sadari. Kemudian kami
memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku pasti terbukti Qs
7:182-183.
Jadi yang dimaksud dengan Dinul Jahiliyah (Din Ghoir Islam) adalah
segala bentuk tatanan atau sistem hidup masyarakat yang di dalamnya
menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, yakni
diantaranya menaungi; menata dan mengatur masalah; IDEOLOGI (PEMAHAMAN,
POLA PIKIR, CARA PANDANG, KEYAKINAN, CITA-CITA), POLITIK
(KETATANEGARAAN; KEDAULATAN, KEPEMIMPINAN, PEMERINTAHAN), HUKUM (UU
PIDANA & PERDATA), EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA,
PENDIDIKAN, PERNIKAHAN (BERKELUARGA), KESEHATAN, WARIS, HANKAM
(MILITER), IPTEK, OLAH RAGA, AKHLAK (MORAL), KETA’ATAN, dan lain
sebagainya dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum hasil buatan manusia,
seperti Dinul Jahiliyah Mekkah yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs. Nama
lain dari Dinul Jahiliyah ialah; Daulah Jahiliyah atau Khilafah
Jahiliyah.
5. Perbedaan Dinul Islam (Islam Kaffah) dan Dinul Jahiliyah (Din Ghoir Islam).
A. Ciri – Ciri Lembaga Dinul Islam (Sistem Islam / Islam Kaffah) Dizaman Rosululloh SAW;
1. Dinul Islam adalah
sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga hasil
ciptaan Alloh SWT yang telah diwahyukan kepada para Rosul-Nya (Nabi Adam
AS hingga Nabi Muhammad SAW) yang di dalamnya menaungi; menata dan
mengatur seluruh aspek dan sendi kehidupan manusia dengan berpedoman
kepada undang-undang dan hukum yang bersumber dari Wahyu Alloh
(Al-Qur’an & Sunnah) Qs 42:13 / 9:33.
2. Dinul Islam ialah hasil ciptaan Alloh SWT yang diembankan kepada para Rosul-Nya Qs 42:13 / 9:33.
3. Kedaulatan tertinggi dalam Dinul Islam sepenuhnya hak dan milik Alloh, artinya;
(a) Pucuk
kepemimpinan, kekuasaan dan pemerintahan tertinggi dalam Dinul Islam
sepenuhnya milik Alloh Qs 20:114 / 23:116 (Bertauhid Mulkiyah).
(b) Pencipta
undang-undang dan hukum tertinggi dalam Dinul Islam ialah sepenuhnya hak
Alloh Qs 6:18,57,61 / 10:65 / 13:41 (Bertauhid Rububiyah).
(c) Ketaatan /
loyalitas (pengabdian) seluruh penyelenggara dan warga Dinul Islam
dipersembahkan sepenuhnya hanya untuk Alloh saja Qs 51:56 / 6:162 /
16:52 (Bertauhid Uluhiyah).
4. Undang-undang dan hukum tertinggi yang dijadikan pedoman ialah Wahyu Alloh (Al-Qur’an & Sunnah) Qs 45:20.
5. Kafir terhadap segala bentuk
konstitusi; pedoman, ajaran, syari’at, aturan, undang-undang dan
ketentuan hukum yang tidak bersumber dari Wahyu Alloh (Kitabulloh dan
Sunnah Rosul-Nya) Qs 33:1.
6. Tidak membela; tidak ada kompromi,
tidak bersekutu, berserikat, berkoalisi, berkolaborasi, kooperatif /
kerjasama atau berpartai dengan pemerintah thogut (Dinul Jahiliyah) Qs
33:1 / 16:36 / 5:57 / 3:28,118,149 / 4:138-140,144.
7. Berpola furqon (berpola hijrah;
memisahkan diri / berintegrasi) Qs 8:29,41 / 2:218 / 9:20-22 / 33:1,
yakni; melepaskan diri dari Struktur Lembaga Pemerintahan Thogut (Dinul
Jahiliyah) seperti yang telah dilakukan oleh Rosululloh SAW; beliau
beserta jama‘ahnya melepaskan diri dari Struktur Lembaga Pemerintahan
Thogut (Dinul Jahiliyah) Mekkah yang dipimpin saat itu oleh Abu Jahal
Cs, kemudian beliau memproklamasikan berdirinya Lembaga Dinul Islam
secara independen, integral / berdiri sendiri di wilayah Yatsrib
(Madinah), padahal pada saat itu wilayah tersebut masih merupakan bagian
dari wilayah kedaulatan Negara Republik Jahiliyah (Dinul Jahiliyah)
Mekkah.
Berikut ini ciri khas keberadaan Dinul Islam Madinah yang telah diproklamasikan oleh Rosululloh SAW;
(a) Memiliki wilayah kedaulatan tersendiri, yakni meliputi seluruh planet bumi beserta seluruh isinya Qs 21:105.
(b) Memiliki struktur kepemimpinan dan pemerintahan tersendiri.
(c) Memiliki lembaga majelis musyawarah dan dewan imamah (kabinet / parlemen) tersendiri.
(d) Memiliki perundang-undangan dan perangkat hukum tersendiri.
(e) Memiliki departemen
pendidikan dan kurikulum tersendiri, memiliki departemen agama
tersendiri, memiliki departemen ekonomi tersendiri, memiliki program
tersendiri, memiliki departemen HANKAM tersendiri dan memiliki
departemen lainnya yang keberadaannya ada dibawah naungan dan legalitas
dari Lembaga Dinul Islam Madinah.
(f) Memiliki visi dan
misi untuk tegaknya Amanat Alloh, yakni tegaknya Dinul Islam hingga
tingkat dunia Internasional (Khilafah Islam fil Ardl) dan berjuang keras
untuk menghacurkan segala bentuk Dinul Jahiliyah yang ada di muka bumi
ini, sekalipun para pemimpin dan warga Dinul Jahiliyah tidak menyukainya
Qs 6:161 / 9:33 / 61:9 / 48:28.
B. Ciri – Ciri Lembaga Dinul Jahiliyah (Sistem Jahiliyah / Din Ghoir Islam) Di zaman Abu Jahal Cs;
1. Dinul Jahiliyah
adalah segala bentuk tatanan, sistem hidup masyarakat, kepemimpinan,
pemerintahan atau segala bentuk kerajaan yang di dalamnya menaungi;
menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan berpedoman
kepada undang-undang dan hukum yang bersumber dari hasil buatan manusia
/ thogut (Non Wahyu).
2. Dinul Jahiliyah (Sistem Jahiliyah / Din Ghoir Islam) ialah merupakan hasil pemikiran akal manusia (Non Wahyu).
3. Kedaulatan tertinggi sepenuhnya ada ditangan Thogut, artinya;
(a) Pucuk
kepemimpinan, kekuasaan atau pemerintahan tertinggi dalam Dinul
Jahiliyah ialah selain Alloh, yakni sepenuhnya ada ditangan manusia /
Thogut (Musyrik Mulkiyah).
(b) Pencipta
undang-undang dan penetap hukum tertinggi dalam Dinul Jahiliyah ialah
selain Alloh, yakni manusia / Thogut Qs 4:60,61,76 / 5:44,45,47 (Musyrik
Rububiyah). Ingat bahwa yang berhak untuk menciptakan undang-undang dan
hukum baik di langit maupun di bumi ini ialah hanya hak Alloh saja Qs
6:18,57,61 / 10:65 / 13:41.
(c) Ketaatan /
loyalitas (pengabdian) seluruh pengikut Dinul Jahiliyah sepenuhnya
dipersembahkan hanya untuk penguasa selain Alloh, yakni untuk Thogut /
Rakyat (Musyrik Uluhiyah).4Mereka kafir terhadap eksistensi kedaulatan
Alloh (Pemilik Kekuasaan) Qs 20:114 / 23:116 / 6:57,61,114 / 10:65 /
13:41. Warga Dinul Jahiliyah meyakini bahwa pemegang kedaulatan
tertinggi sepenunya ada ditangan penguasa yang memerintah di negeri ini
(Thogut), sehingga aturan dan hukum yang wajib berlaku dalam setiap
jengkal tanah yang ada di negeri ini pun harus aturan dan hukum prodak
mereka. Selanjutnya segala bentuk pengorbanan; ketaatan, loyalitas dan
pengabdian seluruh elemen masyarakat pun sepenuhnya harus dipersembahkan
semata-mata hanya untuk kepentingan pemilik kedaulatan negeri ini,
yakni thogut atau rakyat. Mereka tidak mengakui Alloh sebagai
satu-satunya Pencipta dan Pemilik Alam Semesta ini yang hak berdaulat
penuh atas seluruh hasil ciptaan dan milik-Nya.4. Undang-undang dan
hukum tertinggi yang dijadikan pedoman dalam Dinul Jahiliyah ialah Non
Wahyu / Buatan Manusia (selain Kitabulloh & Sunnah) Qs 45:20.
4. Menampung dan mencampuradukkan segala
bentuk ajaran; syari’at, aturan, undang-undang dan hukum yang berasal
dari segala sumber, yang selanjutnya kemudian dimusyawarahkan dan
ditetapkan sebagai pedoman utama (UUD).
5. Manusia itu bodoh tidak memiliki
kemampuan untuk berbuat apa pun Qs 33:72, sehingga dalam membuat
undang-undang dan hukum, mereka selalu berpedoman kepada prasangka,
perasaan dan perkiraan akalnya belaka Qs 6:148,116 / 10:66 / 43:20. Maka
setiap aturan dan hukum yang bersumber dari perkiraan manusia itu ialah
kebathilan dan kebohongan Qs 53:28 / 10:36. Otomatis segala bentuk
ajaran; aturan / undang-undang dan ketetapan hukum hasil buatan manusia
(thogut) itu ialah bathil dan dusta besar Qs 22:62 / 31:30.
6. Segala bentuk ajaran; aturan dan
hukum yang bersumber dari hasil buatan thogut, pasti akan menghantarkan
manusia kepada kesesatan dan kesengsaraan di dunia dan akhirat Qs
10:32,35 / 6:42-49 / 20:123,124 / 41:41 / 47:8-11.
7. Selalu menentang; mengisukan dan
menuduh sesat terhadap pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan
Dinul Islam, mereka dianggap berbahaya karena memiliki visi dan misi
untuk menegakkan Dinulloh (Dinul Islam) dan akan menghancurkan seluruh
Dinul Jahiliyah yang ada di planet bumi milik Alloh SWT ini.
Pengertian Thogut:
Menurut bahasa kata Thogut berasal dari asal kata; thogo,
yang berarti melampaui batas, melewati batas atau ke luar dari
batas-batas yang telah ditetapkan oleh Alloh dan Rosul-Nya dalam
kitab-Nya dan Sunnah Rosul-Nya Qs 11:112 / 20:24,43 / 52:32 / 89:10-14.
Untuk lebih jelasnya simak ayat berikut ini;
Maka tetaplah kamu pada jalan yang
benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah
taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan Qs 11:112.
Apakah mereka diperintah oleh fikiran-fikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas ? Qs 52:32.
Pergilah kepada Fir’aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas” Qs 20:24,43.
Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (aparatur dan pasukan tentara yang banyak). Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri.
Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu. Karena itu
Tuhanmu menimpakan kepada mereka azab. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
mengawasi Qs 89:10-14.
Jadi Thogut ialah Raja, Pimpinan,
penguasa atau pemerintahan (tukang nitah / tukang nyuruh) dalam sebuah
negeri yang telah melampaui, melewati batas atau keluar dari batas
aturan dan hukum yang telah ditetapkan oleh Alloh SWT Selaku Raja,
Pimpinan, Penguasa dan Kepala Pemerintahan Tertinggi di Jagat Raya ini.
Contoh Thogut; Fir’aun, Raja Namruz, Raja Abrahah dan Abu Jahal.
(1) Menurut Umar Bin Khotob; Thogut ialah iblis atau syetan.
(2) Menurut Imam Malik; Thogut ialah
segala sesuatu di luar Alloh (makhluk) yang dijadikan sebagai tempat
pengabdian, tempat memohon pertolongan dan perlindungan, seperti; jin,
syetan, berhala, dewa, nenek moyang, majikan, dukun, paranormal, raja,
penguasa atau pemerintah selain Alloh, dan lain sebagainya.
(3) Menurut Alloh dan Rosul-Nya bahwa yang disebut dengan Thogut ialah;
a. Raja, penguasa, pemimpin,
penyelenggara pemerintahan atau penyelenggara kerajaan yang tidak
menjadikan Kitabulloh dan Sunnah Rosul-Nya sebagai pedoman dalam menata
dan mengatur seluruh sendi kehidupan masyarakat dan negaranya, kemudian
mereka menyuruh aparatur dan warganya supaya taat kepadanya, baik secara
paksa maupun atas kesadaran sendiri dengan memberikan ajaran yang
merusak aqidah Islam (ideologi Islam), seperti yang telah dilakukan oleh
Iblis, Fir’aun, Raja Namruz, Raja Abrahah, Abu Jahal, Abu Lahab beserta
seluruh pendukung dan simpatisannya sampai saat ini Qs 2:256,257 /
4:60,76 / 5:60 / 16:36.
b. Orang yang menciptakan ajaran; aturan dan hukum.
Ingat….!!! Langit dan bumi beserta
seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs
10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk menciptakan ajaran; aturan dan
hukum untuk manata dan mengatur seluruh makhluk yang ada di langit dan
di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 22:67 / 42:13 / 45:18 /
13:37,41 / 10:37 / 6:57 / 33:36. Jika ada manusia yang menciptakan
ajaran; aturan dan hukum, tanpa ada otoritas (kewenangan resmi)
dari Alloh SWT, maka itulah orang yang divonis oleh Alloh SWT sebagai
Thogut (Pemberontak; Perebut hak Alloh) Qs 4:60,76 / 6:112,123.
Sedangkan orang yang diberi otoritas (kewenangan resmi) oleh
Alloh SWT untuk menggulirkan ajaran; aturan dan hukum hasil ciptaan
Alloh (Kitabulloh) di bumi ini hanya-lah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS
hingga Nabi Muhammad SAW) Qs 7:158 / 21:105 / 42:13 / 9:33 / 48:28 /
61:9. Pangkat seorang Rosul saja tidak berhak untuk menciptakan ajaran;
aturan dan hukum, ia hanya sebatas seorang mandataris Alloh SWT
(pengemban amanah dari Alloh SWT). Setelah Rosululloh SAW wafat kemudian
mandat (amanah) tersebut dilanjutkan oleh Ulil amri-Nya (kholifah /
imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a,
Umar bin Khotob r.a, Utsman bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan
seterusnya hingga sekarang ini Qs 3:144 / 4:59 / 24:55.
Ingatlah…!!! Menciptakan (segala sesuatu) dan memerintah itu hanyalah hak Alloh Qs 7:54.
Bentuk – bentuk ajaran buatan manusia (buatan thogut):
- Ajaran Nenek Moyang
- Ajaran Monarchi.
- Ajaran Sosialis.
- Ajaran Demokrasi.
- Ajaran Komunis.
- Ajaran Nasakom.
- Ajaran Pancasila.
- Ajaran Marxisme.
- Ajaran Marhaen.
- Ajaran Zionis.
- Ajaran Majusi
- Ajaran Kristen.
- Ajaran Hindu.
- Ajaran Nasionalis
- Ajaran Filsafat.
- Ajaran HAM.
- Dan Lain-Lain.
c. Orang yang mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan kemudian ia memimpin dan memerintah di muka bumi ini tanpa ada legalitas (izin resmi) dari Alloh SWT selaku pencipta dan pemilik yang syah atas Alam semesta ini.
Langit dan bumi beserta seluruh isinya
adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6,
maka yang berhak untuk mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga
Pemerintahan dan yang berhak untuk memimpin dan memerintah (menyuruh)
atas setiap makhluk yang ada di langit maupun di bumi ini hanya-lah hak
Alloh saja Qs 7:54 / 67:1 / 25:2 / 5:120 / 20:114 / 23:116 / 6:18,61,73 /
10:65.
Jika ada manusia yang mendirikan Lembaga
Kerajaan / Lembaga Pemerintahan kemudian ia memimpin dan memerintah di
muka bumi ini tanpa ada legalitas (izin resmi) dari Alloh SWT, maka itulah orang yang disebut dengan Thogut
(Pemberontak atau Perebut Hak Alloh) Qs 4:60,76. Mereka inilah yang
dimaksud oleh Alloh SWT sebagai pembuat makar (pembuat kejahatan /
pemberontak) yang sebenarnya terhadap hak dan kedaulatan Alloh SWT Qs
6:112,123 / 6:61 / 10:65.
Sedangkan orang yang diberi legalitas (izin resmi) untuk
mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan kemudian yang berhak
untuk memimpin dan memerintah di planet bumi ini hanya-lah para
Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) Qs 7:158 / 21:105 /
42:13 / 9:33 / 48:28 / 61:9. Setelah Rosululloh SAW wafat kemudian
dilanjutkan oleh Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam
berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a, Umar bin Khotob r.a, Utsman
bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan seterusnya hingga sekarang
ini Qs 3:144 / 4:59 / 24:55.
Ingatlah…!!! Menciptakan (mendirikan segala sesuatu) dan memerintah itu hanyalah hak Alloh Qs 7:54.
d. Orang yang meminta dirinya supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya, tanpa ada legalitas (izin resmi) dari Alloh SWT.
Karena langit dan bumi beserta seluruh
yang terkandung di dalamnya ini adalah merupakan hasil ciptaan dan milik
Alloh SWT Qs 7:54 / 10:3,55 / 6:102 / 20:6, maka yang hak ditaati
setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya oleh seluruh makhluk yang ada
di langit dan di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 3:18 / 6:3 /
17:44 / 22:18 / 24:41 / 7:59,206 / 16:2,49 / 40:62-66 / 18:110 / 20:14 /
21:25 / 98:5 / 3:31,32,132 / 4:59,80 / 33:36.
Jika ada makhluk atau manusia atau siapa
saja yang meminta dirinya supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan
hukum-hukumnya, maka itulah yang disebut dengan Thogut (Perebut Hak
Alloh). Sedangkan makhluk atau orang yang diberi legalitas (izin resmi)
oleh Alloh SWT untuk supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan
hukum-hukumnya hanyalah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi
Muhammad SAW) dan Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam
berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a, Umar bin Khotob r.a, Utsman
bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan seterusnya hingga sekarang
ini Qs 3:32,132 / 4:59,69,80 / 8:20,24,46 / 6:36.
Ciri Khas Thogut ialah mereka menduduki
jabatan sebagai Raja, Pimpinan, Penguasa atau Kepala Pemerintahan dalam
sebuah negeri tapi mereka menolak untuk tuduk dan patuh secara totalitas
terhadap aturan dan hukum yang telah disediakan oleh Alloh SWT selaku
Raja, Pimpinan, Penguasa dan Kepala Pemerintahan Tertinggi di Jagat Raya
ini.
Hal-hal yang harus ditinggalkan (dikafirkan) dari tentang Thogut;
- Dzat-nya (fisiknya).
- Sifat-sifat -nya (karakter dan tabi’atnya).
- Asma’-nya (nama-namanya).
- Af’al-nya (pekerjaannya, prilaku dan kinerjanya).
- Rububiyah-nya (segala bentuk ajarannya, tuntunannya, konsep hidupnya, program-programnya, sistem peraturannya, sistem perundang-undangannya dan segala bentuk kebijakan hukum-hukumnya).
- Mulkiyah-nya (sistem kerajaannya, sistem kedaulatannya, sistem kepemimpinannya dan sistem pemerintahannya).
- Uluhiyah-nya (sistem ibadahnya; sistem pengabdiannya, sistem ketaatannya dan sistem loyalitasnya).
Simak firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat 16:36 / 4:60,76 / 2:256.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Mengabdilah kepada Allah (saja) dan tinggalkanlah thogut itu”.
Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah
dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan
baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (para utusan Alloh) Qs 16:36.
Apakah kamu tidak memperhatikan
orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thogut, padahal mereka telah diperintahkan supaya kafir kepada thogut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya Qs 4:60.
6. Perbedaan Pengertian Agama dan Ad-Din.
1. Ruang Lingkup Definisi AGAMA:
Arti Ad-Din secara teknis;
- Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Inggris adalah religion.
- Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Belanda adalah religie.
- Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Indonesia adalah AGAMA.
Pengertian AGAMA
- Menurut Fachruddin Al-Khoiri; kata “AGAMA” berasal dari kata majmu’ dari bahasa Sansakerta yang terdiri dari dua kata yaitu A’ yang berarti tidak dan GAMA yang berarti kacau, kocar-kacir.
- Menurut H. Bahrum Rankuti; kata “AGAMA” terdiri dari A’ (dibaca panjang) yang berarti cara, jalan, metode, tre way dan GAMA berasal dari kata Gam (Bahasa Indonesia Germania) yang berarti dalam bahasa Inggris; to go, jalan, cara berjalan. Jadi AGAMA secara arti kata ialah cara atau jalan keluar atau metode untuk melangkah.
- Menurut Sultan Mahmud Zein dalam kamusnya menerangkan bahwa AGAMA berarti kepercayaan terhadap roh nenek moyang, leluhur, karuhun, dewa, kesaktian atau kepada tuhan.
Kesimpulan dari ketiga pendapat di atas bahwa arti AGAMA adalah tidak kacau, cara berjalan, metode melangkah, kepercayaan kepada roh nenek moyang, leluhur, kesaktian, dewa dan tuhan.
Jadi yang dimaksud dengan AGAMA Versi Bangsa Indonesia adalah ajaran, tuntunan atau konsep hidup yang di dalamnya hanya menata dan mengatur satu aspek kehidupan saja
yakni hanya menata dan mengatur masalah ibadah ritual saja seperti;
sembahyang, kebaktian, misa, puji-pujian, semedhi, yoga, puasa, do’a,
ibadah haji, pengajian, kegiatan amal, merayakan hari-hari besar
keagamaan seperti Natal, Paskah, Nyepi, Galungan, Kuningan, Waisak,
Ngaben, Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, Isro Mi’raz dan lain
sebagainya.
Definisi Ad-Din dalam Al-Qur’an dan
bahasa Arab merupakan hal yang unik, seperti definisi Ad-Din menurut
versi Alloh tidak akan sama dengan definisi AGAMA menurut versi bahasa
Indonesia (Sansakerta), definisi sholat menurut versi Alloh tidak sama
dengan definisi sembahyang menurut versi bahasa Indonesia dan begitu
juga dengan definisi shaum tidak sama dengan definisi puasa menurut
versi bahasa Indonesia.
Istilah Ad-Din dalam Al-Qur’an boleh diterjemahkan secara teknis ke dalam bahasa Indonesia menjadi AGAMA,
tapi AGAMA harus diberi pengertian yang sesuai dengan yang diharapkan
oleh Alloh dan Rosul-Nya. Sebab jika AGAMA diartikan sebagaimana asal
bahasanya (Sansakerta), maka jika disambungkan dengan kata ISLAM akan
melahirkan definisi AGAMA ISLAM yang tidak sama dengan DINUL ISLAM.
Hal ini sangat prinsip sekali, mengingat
efek yang ditimbulkan dari salah memberi pengertian terhadap istilah
DINUL ISLAM adalah akan sangat fatal, akibat dari kekeliruan dalam
mengaflikasikan dari istilah itu, maka akhirnya kita salah alamat, bukannya
kita melaksanakan DINUL ISLAM yang Alloh kehendaki, malah kita hanyut
dan larut dalam kehidupan AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan Lembaga
Dinul Jahiliyah. Oleh karena itu tinggalkanlah AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL JAHILIYAH, mari sekarang kita untuk berhijrah ke dalam AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL ISLAM.
Jika ruang lingkup DINUL ISLAM hanya
sebatas mengatur masalah ibadah ritual saja seperti; thoharoh, sholat,
puasa, zakat, infaq, shodaqoh, ibadah haji, umroh, do’a, dzikir bersama,
pengajian, tilawah, tahlilan, tawasulan, ziarah kubur, merayakan hari
raya idul adha, idul fitri, maulid Nabi, dan lain-lain, maka tidak
mungkin Abu Jahal selaku Kepala Negara Jahiliyah (Dinul Jahiliyah)
Mekkah dengan aparaturnya berjuang sampai mati demi untuk membunuh
Muhammad.
Seluruh warga Dinul Jahiliyah Mekkah
mengenal betul bahwa Muhammad ialah seorang yang jujur, bijak, rendah
hati, bersahaja, bermartabat dan merupakan sosok yang patut untuk
dijadikan tauladan, sehingga tidak mungkin warga Dinul Jahiliyah Mekkah
akan memusuhi pribadi Muhammad jika beliau hanya menda’wahkan tentang
masalah Agama Islam yang di dalamnya hanya mengajak untuk melaksanakan
ibadah ritual saja.
Dari sini kita bisa menilai bahwa
pastilah apa yang diajarkan oleh Muhammad bukanlah hanya sekedar
aktivitas ritual keagamaan saja, tapi ada hal lain yang terkandung dalam
misi gerakan da’wah yang diemban oleh beliau. Hal ini menunjukkan bahwa
warga Dinul Jahiliyah Mekkah paham betul akan makna dan aspek-aspek
yang ada dibawah naungan sebuah Lembaga Ad-Din, sehingga mereka
mengupayakan dengan berbagai cara untuk menghentikan pergerakkan
rekrutmen (da’wah) yang dilakukan oleh Muhammad dan jama’ahnya, karena
jika hal tersebut dibiarkan, maka akan mengancam Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Jahiliyah (Dinul Jahiliyah) Mekkah.
Pengertian Ad-Din
Menurut Alloh SWT dalam Al-Qur’an telah
diterangkan bahwa definisi sebuah Ad-Din memiliki banyak makna
diantaranya; undang-undang / peraturan Qs 12:76, hukum / peradilan Qs
24:2, kekuasaan / kedaulatan Qs 3:83 / 56:86, tatanan / sistem hidup Qs
110:1-3, ketaatan / kesetiaan Qs 16:52 / 39:11, ibadah / pengabdian Qs
40:14,65, agama Qs 107:1, pembalasan Qs 1:4 / 82:17 / 95:7.
Ruang lingkup Ad-Din;
Ruang lingkup, komponen dan aspek-aspek
yang ada dibawah naungan sebuah Lembaga Ad-Din adalah mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia yakni; mencakup urusan kenegaraan;
ideologi (pemahaman, pola pikir, cara pandang, keyakinan, cita-cita),
politik (ketatanegaraan; kedaulatan, kepemimpinan, pemerintahan), hukum
(undang-undang pidana & perdata), ekonomi, sosial, budaya, agama,
waris, pendidikan, kesehatan, pernikahan (berkeluarga), hankam
(militer), iptek, akhlak (moral), olah raga, ketaatan dan lain
sebagainya.
Kesimpulan;
Definisi dan ruang lingkup Ad-Din tidak
sama dengan AGAMA, AGAMA hanyalah merupakan salah satu komponen yang ada
dalam naungan sebuah Ad-Din, sedangkan Ad-Din adalah sebuah tatanan
atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga pemerintahan yang di
dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
termasuk di dalamnya menaungi; menata dan mengatur masalah urusan AGAMA.
Segala bentuk tatanan, sistem hidup
masyarakat; kedaulatan, kekuasaan, kepemimpinan, pemerintahan, kerajaan,
negara, daulah atau khilafah, maka itulah yang dalam Al-Qur’an disebut
dengan Ad-Din .
Istilah Ad-Din ini tidak hanya dikhususkan untuk Islam saja, akan tetapi
ditujukan juga kepada segala bentuk tatanan atau sistem hidup
masyarakat, sistem kekuasaan, sistem kepemimpinan, sistem pemerintahan,
sistem kerajaan, sistem negara, sistem daulah atau sistem khilafah yang
di dalamnya menanugi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, sekalipun tidak berpedoman kepada Wahyu Alloh (Kitabulloh),
seperti halnya Lembaga Ad-Din yang telah diproklamasikan oleh Fir’aun,
Raja Namruz, Raja Abrahah, dan Lembaga DINUL JAHILIYAH MEKKAH yang
dipimpin oleh Abu Jahal Cs. Itulah definisi Ad-Din yang sesungguhnya
sesuai dengan yang diharapkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
Jadi definisi Ad-Din sama dengan definisi
sebuah Lembaga Pemerintahan, yakni tatanan atau sistem hidup masyarakat
atau sebuah lembaga yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, yakni menaungi; menata dan mengatur
masalah; IDEOLOGI (PEMAHAMAN, POLA PIKIR, CARA PANDANG, KEYAKINAN,
CITA-CITA), POLITIK (KETATANEGARAAN; KEDAULATAN, KEPEMIMPINAN,
PEMERINTAHAN), HUKUM (UU PIDANA & PERDATA), EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA,
AGAMA, PENDIDIKAN, PERNIKAHAN (BERKELUARGA), KESEHATAN, WARIS,
HANKAM (MILITER), IPTEK, AKHLAK (MORAL), OLAH RAGA, KETAATAN, dan
lain-lain dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum yang telah
dibuat oleh penguasa yang memerintah di wilayah tersebut, seperti Dinul
Islam Madinah, Dinul Jahiliyah Mekkah, dan lain sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan AGAMA menurut versi Bangsa Indonesia adalah sebuah ajaran, tuntunan atau konsep hidup yang di dalamnya hanya menata dan mengatur satu aspek kehidupan
yakni masalah ibadah ritual saja seperti; sembahyang, kebaktian, misa,
puji-pujian, semedhi, yoga, puasa, do’a, ibadah haji, pengajian,
kegiatan amal, merayakan hari-hari besar keagamaan seperti Natal,
Paskah, Nyepi, Galungan, Kuningan, Waisak, Ngaben, Idul Fitri, Idul
Adha, Maulid Nabi, Isro Mi’raz dan lain sebagainya, dimana keberadaan
sebuah Agama biasanya ada dalam naungan Departemen Agama, selanjutnya
sebuah Departemen Agama pasti ada dalam tubuh, wadah, naungan,
perlindungan atau legalitas dari sebuah Lembaga Ad-Din.
Secara global Lembaga Ad-Din yang ada dimuka bumi ini hanya ada 2 yakni;
1. DINUL ISLAM, yaitu sebuah tatanan
atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga hasil ciptaan Alloh SWT
yang telah diwahyukan kepada para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi
Muhammad SAW) yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh
aspek dan sendi kehidupan manusia dengan berpedoman kepada undang-undang
dan hukum yang bersumber dari Wahyu Alloh (Al-Qur’an & Sunnah) Qs
42:13 / 9:33.
2. DINUL GHOIR ISLAM atau DINUL
JAHILIYAH, yaitu segala bentuk tatanan, sistem hidup masyarakat,
kepemimpinan, pemerintahan, negara atau segala bentuk kerajaan yang di
dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan
masyarakat dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum yang
bersumber dari hasil buatan manusia / thogut (Non Wahyu).
Secara garis besar Agama yang ada di muka bumi ini juga terbagi ke dalam 2 kelompok besar yakni;
1. Agama Islam (Agama Produk Tuhan atau Agama Samawi).
2. Agama Non Islam (Agama Produk Manusia).
Agama Islam di zaman Rosululloh SAW juga secara garis besar ada 2, yakni;
1. Agama Islam yang ada dibawah naungan
Dinul Jahiliyah Mekkah, yakni Agama Islam yang dianut secara turun
temurun oleh mayoritas penduduk bangsa Arab, tapi keberadaan Institusi
Agama Islam tersebut ada dibawah naungan Depatemen Agama Negara
Jahiliyah Mekkah yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs.
2. Agama Islam yang ada dibawah naungan
Dinul Islam Madinah, yakni Agama Islam yang dianut oleh pengikut Nabi
Muhammad SAW, dimana keberadaan Institusi Agama Islam tersebut ada
dibawah naungan Departemen Agama Negara Islam Madinah yang dipimpin oleh
Rosululloh SAW.
Jadi hidup yang benar menurut Alloh dan
Rosul-Nya ialah hidup yang hanya beribadah (taat / ngabdi) kepada Alloh
saja Qs 51:56, sedangkan ibadah yang diterima oleh Alloh SWT hanyalah
ibadah yang dilaksanakan dalam Agama Islam, yakni Agama Islam yang ada
dibawah naungan Lembaga Dinul Islam Qs 3:19, bukan Agama Islam yang ada
dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah, sebagaimana firman Alloh SWT
berikut ini;
Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Agama Islam.
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya Qs 3:19.
Barangsiapa yang mencari (berada dalam) Agama selain Agama Islam,
maka sekali – kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya dan di
akhirat kelak ia akan digolongkan dengan orang – orang yang merugi
(sia-sia) Qs 3:85.
7. Ciri-Ciri Keadaan Pemeluk Agama Islam Yang Ada Dibawah Naungan Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah.
Ciri-Ciri Pemeluk Agama Islam Yang Ada Dibawah Naungan Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah
Yang Dipimpin Oleh Abu Jahal Cs;
Agama yang dianut oleh penduduk bangsa
Arab ialah; Agama Islam Turunan (Islam Millah Ibrohim), yahudi, nasroni,
majusi, sabi’in dan lain sebagainya, tapi agama mayoritas yang dianut
oleh penduduk bangsa Arab ialah Agama Islam Turunan (Islam Millah
Ibrohim). Berikut ciri-ciri pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan
Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah;
(1) Mereka mengaku beriman kepada Alloh,
buktinya apabila mereka ditanya; “Siapa pencipta langit dan bumi, siapa
yang memberi rezki kepadamu, siapa pemilik alam semesta dan siapa yang
mengatur segala sesuatu ?” Pasti mereka menjawab; “Alloh”. Simak Qs 10:31 / 43:86,89 / 23:84-87.
Katakanlah:”Siapakah
yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang
Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka
(pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Jahiliyah) akan
menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya?”
Dan
pemimpin-pemimpin yang mereka taati selain Allah tidak dapat memberi
syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang
yang mengakui yang hak (Dinul Islam) dan mereka meyakini(nya). Dan
sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan
mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, Maka Bagaimanakah mereka dapat
dipalingkan (dari taat kepada Allah )?, Dan (Allah mengetahui) Ucapan
Muhammad: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak
beriman”. Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan Katakanlah:
“Salam (selamat tinggal).” kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka
yang buruk) Qs 43:86-89.
Katakanlah:
“Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka
Apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah yang Empunya langit yang
tujuh dan yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka mengapa kamu tidak bertakwa?” Qs
23:84-87.
(2) Setiap mengikrarkan sumpah, mereka sering mengawalinya dengan kalimat “Demi Alloh”,
baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam upacara penting
kenegaraan. Simak Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH. Moenawar
Cholil dan dalam seluruh Sirah Nabi Muhammad SAW pasti kalimat tersebut
banyak diikrarkan oleh pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan
Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah.
(3) Melakukan sholat disekitar Ka’bah,
tapi sholat mereka dinilai oleh Alloh bagaikan siulan dan tepuk tangan
belaka (sia-sia tanpa pahala) Qs 8:35.
Dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara
mereka dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka
meminta ampun. Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka
menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam dan mereka bukanlah
orang-orang yang berhak menguasainya? orang-orang yang berhak
menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui. Sholat mereka di sekitar
Baitullah itu, lain tidak hanyalah (bagaikan) siulan dan tepukan tangan
(sia-sia tanpa pahala). Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu
Qs 8:83-85.
(4) Melakukan do’a, dzikir dan
tawasulan, ziarah kubur, istighosah / taqorub Ilalloh (dengan tujuan
untuk mendekatkan diri kepada Alloh) Qs 29:65 / 39:3.
Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik) dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan
sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka
tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak
menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar Qs 39:3.
Maka apabila mereka
naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya; Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat,
tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) Qs 29:65.
(5) Berinfaq seperti halnya sekarang,
tapi infaqnya diserahkan kepada amilin (Badan Amil Zakat) yang ada
dibawah naungan Dinul Jahiliyah yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs, bukan
diserahkan kepada amilin (Badan Amil Zakat) yang ada dibawah naungan
Dinul Islam yang dipimpin oleh Rosululloh SAW Qs 8:36.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir (pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Jahiliyah) menginfakkan harta
mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah (Dinul Islam). Mereka
akan menginfakkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan
mereka akan dikalahkan dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir
itu dikumpulkan Qs 8:36.
(6) Mendirikan dan memakmurkan mesjid Qs 2:114 / 9:107-110 / 9:17-19.
Dan siapakah yang
lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah
dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu
tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa
takut (kepada Allah). mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat
mendapat siksa yang berat Qs 2:114.
Dan (di antara
orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudharatan (kepada orang-orang mukmin), untuk kekafiran
dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu
kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak
dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain
kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu sholat dalam mesjid itu
selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa
(mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di
dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan
diri dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka
Apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada
Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik ataukah orang-orang yang
mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu
jatuh bersama-sama dengannya ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak
memberikan petunjuk kepada orang- orang yang dzalim. Bangunan-bangunan
yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati
mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana Qs 9:107-110.
Tidaklah pantas
orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka
mengakui bahwa mereka sendiri kafir (menolak pindah ke dalam Agama Islam
yang ada dibawah naungan Din Islam). Itulah orang-orang yang sia-sia
pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanya yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak
takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang
yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan
haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah?
mereka tidak sama di sisi Allah; Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
kaum yang dzalim Qs 9:17-19.
(7) Pada tiap musim haji,
mereka pun melaksanakan ibadah haji seperti yang telah disyari’atkan
oleh Nabi Ibrohim AS, walaupun dalam pelaksanaan syari’atnya telah
banyak penyimpangan Qs 2:158 / 3:96-99 / 9:19.
Sesungguhnya Shafaa
dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang
beribadah haji ke Baitullah atau ber-’umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa’i antara keduanya dan barangsiapa yang mengerjakan suatu
kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri
kebaikan lagi Maha Mengetahui Qs 2:158.
Sesungguhnya rumah
yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah
Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk
bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu)
menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam. Katakanlah: “Hai ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah,
Padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?”. Katakanlah:
“Hai ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah
orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok,
padahal kamu menyaksikan?”. Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang
kamu kerjakan Qs 3:96-99.
Apakah
(orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah ? mereka
tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang dzalim Qs 9:19.
(8) Mereka selalu menentang;
mengisukan dan menuduh sesat terhadap pemeluk Agama Islam yang ada
dibawah naungan Dinul Islam, mereka menganggap bahwa para pemeluk Agama
Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam ialah orang-orang berbahaya
karena mereka memiliki visi dan misi untuk menegakkan Dinulloh (Dinul
Islam) dan akan menghancurkan seluruh Dinul Jahiliyah yang ada di planet
bumi milik Alloh SWT ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar