Selasa, 13 Mei 2014

HAKEKAT DINUL ISLAM

PENYEBAB UTAMA PERPECAHAN UMAT ISLAM DI INDONESIA

Pemeluk Agama Islam di Indonesia konon katanya merupakan populasi terbesar di dunia, tapi sayang mereka menganut Agama Islamnya bukan atas dasar pemahaman dan keyakinan yang haq, tapi atas dasar keturunan sehingga melahirkan generasi muslim yang awam terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Dari semenjak kecil mereka dikenalkan dengan Agama Islam  yang bathil atau Islam turunan yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Mulkiyah Thogut), padahal di zaman Rosululloh SAW bahwa Islam bukanlah sebuah Agama tapi sebuah Ad-Din (sistem hidup), akibat dari salah menafsirkan kata Ad-Din menjadi Agama, maka akhirnya umat Islam di Indonesia ini secara turun temurun menjadi penganut Agama Islam yang ada di bawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah (Mulkiyah Jahiliyah atau Mulkiyah Thogut).
Definisi Ad-Din dalam Al-Qur’an dan bahasa Arab merupakan hal yang unik; seperti halnya definisi Ad-Din menurut versi Alloh tidak akan sama dengan definisi Agama menurut versi bahasa Indonesia (Sansakerta), definisi sholat menurut versi Alloh tidak sama dengan definisi sembahyang menurut versi bahasa Indonesia dan begitu juga dengan definisi shaum tidak sama dengan definisi puasa menurut versi bahasa Indonesia.
Istilah Ad-Din dalam Al-Qur’an boleh diterjemahkan secara teknis ke dalam bahasa Indonesia menjadi Agama, tapi Agama harus diberi pengertian yang sesuai dengan yang diharapkan oleh Alloh dan Rosul-Nya. Sebab jika Agama diartikan sebagaimana asal bahasanya (Sansakerta), maka jika disambungkan dengan kata ISLAM akan melahirkan definisi AGAMA ISLAM yang tidak sama dengan DINUL ISLAM.
Hal ini sangat prinsip sekali, mengingat efek yang ditimbulkan dari salah memberi pengertian terhadap istilah DINUL ISLAM akan sangat fatal, akibat dari kekeliruan dalam mengaflikasikan dari istilah itu, maka akhirnya kita salah alamat bukannya kita melaksanakan DINUL ISLAM yang Alloh kehendaki, malah kita hanyut dan larut dalam kehidupan AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah. Mereka sama sekali tidak mengenal akan keberadaan Agama Islam yang benar yakni Agama Islam yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL ISLAM. Oleh karena itu mulai sekarang kita sama-sama untuk menggali definisi dan ruang lingkup yang ada dalam Risalah Dinul Islam secara utuh. Tinggalkanlah pemahaman AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL JAHILIYAH, mari sekarang kita untuk berhijrah secara totalitas ke dalam AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL ISLAM.
Untuk Lebih Jelasnya Saya Disini Akan Membongkar Pemahaman Yang Salah Terhadap Pemberian Definisi dari Risalah Dinul Islam Secara Lengkap dan Utuh (Kaffah) Seperti Yang Alloh dan Rosul-Nya Kehendaki. Karena Hal Ini Merupakan Penyebab Utama Terjadinya Perpecahan dan Perbedaan Pemahaman Diantara Kaum Muslimin Di Indonesia. Mudah-Mudahan Bermanfaat.

Daftar Isi:
BAB I Risalah Dinul Islam
1. Pengertian Risalah.
2. Pengertian Ad-Din.
3. Pengertian Al-Islam.
4. Lawan Dinul Islam (Dinul Jahiliyah).
5. Perbedaan Dinul Islam dan Dinul Jahiliyah.
6. Perbedaan Pengertian Agama dan Ad-Din.
7. Ciri-Ciri Keadaan Pemeluk Agama Islam Yang Ada Dibawah Naungan Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah.
8. Ciri-Ciri Pemeluk Agama Islam Yang Ada Dibawah Naungan Lembaga Dinul Islam Madinah.
9. Gambaran Struktur Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah.
BAB II Ruang Lingkup Risalah Dinul Islam.
1.  Aqidah – Tauhid.
2.  Syari’at – Ibadah.
3.  Akhlaq.
URAIAN
BAB I Risalah Dinul Islam
1. Pengertian Risalah.
  • Ajaran, tuntunan atau konsep hidup.
  • Amanah dari Alloh SWT Qs 7:79.
Jadi yang dimaksud dengan RISALAH adalah ajaran, tuntunan atau konsep hidup hasil ciptaan Alloh SWT yang diamanahkan (diwahyukan/diembankan) kepada para Rosul-Nya (Nabi Adam Alahis Salam hingga Nabi Muhammad SAW) melalui malaikat Jibril AS supaya dijadikan pedoman dalam menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan lahir dan bathin manusia dengan tujuan demi tercapainya keselamatan dan kebahagiaan yang sejati di dunia dan akhirat.
Risalah Alloh yang diturunkan ke muka bumi ini dari sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW adalah tunggal yakni; DINUL ISLAM atau DIN ISLAM. Simak pengakuan Para Nabi, Rosul dan orang sholeh yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an;
  • Nabi Ibrohim Qs 22:78 / 2:125,130-136 / 3:64-67,84.
  • Nabi Ismail Qs 3:19.
  • Nabi Yaqub Qs 2:132-136.
  • Nabi Yusuf  Qs 12:101.
  • Nabi Sulaiman Qs 27:29-31.
  • Nabi Isa Qs 3:19.
  • Kaum Khawariyun pembela Nabi Musa Qs 3:52.
  • Tukang sihir yang ditaklukkan oleh Nabi Musa Qs 7:126.
  • Ratu Balqis (Raja Saba) Qs 27:44.
  • Seorang sholeh Qs 46:15.
Dan berikut komentar Nabi Muhammad SAW;
Nabi-nabi ialah bersaudara yang tidak seibu, ibunya berlainan tapi din-nya satu. (HR Bukhori Muslim dan Abu Daud).
2. Pengertian Ad-Din.
Arti AD-DIN secara teknis;
  • Balasan, pahala.
  • Anugerah, penghormatan.
  • Sistem ke  rajaan, sistem pemerintahan, negara.
  • Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Inggris adalah religion.
  • Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Belanda adalah religie.
  • Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Indonesia adalah AGAMA
A.  Pengertian AD-DIN Menurut Bahasa Arab.
Dilihat dari bahasa Arab dalam kamus Al-Munjid, bahwa kata AD-DIN dalam bentuk jamaknya Ad-dyan, yang berarti:
1.  Al-Jaza wal mukafah, yang berarti:
  • Balasan, pahala.
  • Anugerah, penghormatan.
  • Sistem ke  rajaan, sistem pemerintahan, negara.
2.  Al-MalikuWas Sulthon, yang berarti:
  • Sistem kekuasaan, sistem kedaulatan, kerajaan dengan rajanya.
  • Sistem pengelolaan, sistem pengurusan.
3.  At-Tadbir, yang berarti:
  • Sistem pemerintahan.
  • Sistem ketentuan, peraturan, norma.
4.  Al-Qodho, yang berarti:
  • Sistem perundang-undangan.
  • Sistem ketetapan, keputusan.
5.  Al-Hukmu, yang berarti:
  • Sstem peradilan, sistem hukum pidana dan perdata.
  • Sistem persidangan, perhitungan.
6.  Al-Hisab, yang berarti:
  • Sistem pemutusan perkara.
  • Sistem kecintaan.
7.  At-Tho’at, yang berarti:
  • Sistem ketaatan, kesetiaan / loyalitas.
8.  Al-Ibadah, yang berarti: sistem ibadah (sistem penyembahan, sistem penghambaan atau sistem pengabdian).
B.  Pengertian AD-DIN menurut H. Moenawar Cholil:
Kata AD-Din merupakan masdar dari kata kerja dana – yadinu – adyan yang menurut bahasa berarti:
  1. Cara, adat kebiasaan, budaya.
  2. Undang-undang, aturan, norma.
  3. Kecintaan, ketaatan, kesetiaan, nasihat.
  4. Meng-Esa-kan Alloh.
  5. Perhitungan, peradilan.
  6. Pembalasan.
  7. Hari kiamat, hari menegakkan keadilan.
  8. Agama.
Terlihat dan cukup jelas sekali di sini bahwa agama tidak mewakili pengertian AD-DIN, akan tetapi ia hanya merupakan cabang atau satu aspek yang ada dalam sebuah AD-DIN.
C. Pengertian AD-DIN menurut Alloh SWT Dalam Al-Qur’an;
  • Undang-Undang / Aturan / Hukum Qs 12:76.
  • Hukum / Peradilan Qs 24:2 / 9:36.
  • Kekuasaan (Kedaulatan) Qs 56:86 / 3:83
  • Ibadah; Pengabdian (Ketaatan / Loyalitas) Qs 16:52 / 39:11 / 40:14,65
  • Agama Qs 107:1
  • Pembalasan Qs 1:4 / 82:17 / 95:7.
  • Tatanan / Sistem Hidup Qs 110:1-4 / 3:19,85 / 5:3 / 42:13
Untuk lebih jelasnya, sekarang simaklah firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pengertian AD-DIN:
1.  Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Dengan demikian Kami (Alloh) membuat program bagi Yusuf, tidak patut Yusuf mengadili saudaranya dengan undang-undang Raja kecuali Alloh mengizinkan-Nya Qs 12:76.
2.  Apakah mereka mempunyai pemimpin selain dari Alloh yang mensyari’atkan (menetapkan) untuk membuat aturan bagi mereka tanpa legalitas (izin resmi) dari Alloh….? Qs 42:21.
3.  Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap keduanya sebanyak seratus kali dera dan janganlah merasa belas kasihan kepada keduanya dalam (menjalankan) peradilan / hukum Alloh, jika kalian beriman kepada Alloh dan hari akhirat dan hendaklah pelaksanaan hukuman itu disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman Qs 24:2.
4.  Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan hukum yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa Qs 9:36.
5.  Maka apakah mereka mengakui selain kekuasaan Alloh, padahal hanya kepada-Nya-lah tunduk seluruh apa yang ada di langit dan di bumi baik dengan rela maupun dengan terpaksa dan hanya kepada Alloh-lah mereka di kembalikan Qs 3:83.
6.  Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Qs 56:86
7.  Dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini, maka hanya untuk-Nya-lah ketaatan / loyalitas itu selama-lamanya. Maka mengapa kalian bertaqwa (taat / loyal) kepada selain Alloh Qs 16:52.
8.  Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya mengabdi hanya kepada Alloh saja dengan memurnikan ketaatan / loyalitas kepada-Nya dalam menjalankan sistem (Islam)” Qs 39:11.
9.  Maka mengabdilah kepada Alloh dengan memurnikan ibadah / pengabdian kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya Qs 40:14.
10.  Dia-lah Yang Maha Hidup Kekal, tidak ada pimpinan selain Dia, maka mengabdilah kepada Dia dengan memurnikan pengabdian kepada-Nya. Segala puji hanya milik Alloh Robb seluruh alam Qs 40:65.
11. Yang menguasai hari pembalasan Qs 1:4.
12. Untukmu agama-mu dan untukku agama-ku Qs 109:6.
13. Dia-lah yang telah mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk (kitabulloh) dan sistem hidup yang haq supaya ditegakkan di atas sistem hidup yang lain, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya Qs 9:33.
14. Dan berjuanglah sampai tatanan / sistem Alloh itu terlaksana (tegak) seluruhnya hingga tiada kekacauan lagi……….Qs 8:39.
15. Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-din (sistem hidup) yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah Ad-Din dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik untuk ber-sistem (Islam) seperti yang kamu serukan kepada mereka. Allah menarik orang kepada sistem (Islam) itu sesuai dengan kehendak-Nya dan memberi petunjuk kepada orang yang mau kembali (kepada Din-Nya) Qs 42:13.
16.  Apabila telah tiba pertolongan Alloh dan kemerdekaan (Dinul lslam di wilayah negeri Indonesia), maka kalian akan melihat manusia berbondong-bondong masuk Agama Alloh (Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam), maka bertasbihlah dengan memuji Robb-mu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat Qs 110:1-3.
17.  Pada hari ini telah Ku-sempurnakan din-mu untuk kalian semua dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku kepadamu dan telah Ku-ridhoi Islam ini sebagai tatanan / sistem hidup bagi kalian Qs 5:3.
18.  Sesungguhnya din yang diridhoi di sisi Alloh hanyalah din Islam… Qs 3:19.
19. Barangsiapa yang mencari din selain din Islam, maka sekali – kali tidak akan diterima (seluruh amal ibadah) daripadanya dan di akhirat kelak ia akan digolongkan dengan orang – orang yang merugi (Neraka) Qs 3:85.
20. Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan membawa al-haq (Dinul Islam) dari sisi Kami, mereka berkata: “Bunuhlah anak-anak orang yang beriman bersama dengan dia (Musa) dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka”. Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). Dan berkata Fir’aun (kepada aparaturnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Robbnya, karena sesungguhnya aku khawatir Dia akan merubah tatanan / sistem hidup kalian atau membuat kerusakan di muka bumi”. Qs 40:25-26.
21. Dan janganlah kalian percaya selain kepada orang-orang yang mengikuti din-mu. Katakanlah: “Sesungguhnya pedoman (yang harus diikuti) hanyalah pedoman yang bersumber dari Alloh (Kitabulloh)“ Qs 3:73.
22. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada sistem Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) sistem hidup yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui Qs 30:30.
23. Tidak ada paksaan untuk (masuk / berhijrah ke dalam) Agama (yakni Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barangsiapa yang kafir kepada thogut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui Qs 2:256.
24.  Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama ? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya, orang-orang yang berbuat riya [a] dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna [b]. Qs 107:1-8.
  • Riya ialah melakukan suatu pekerjaan tidak untuk mencari keridhoan Allah (karunia; ampunan dan kasih sayang Alloh), akan tetapi untuk mencari  pujian atau kemasyhuran (popularitas / ketenaran) di hadapan manusia.
  • Sebagian mufasirin mengartikan: enggan membayar zakat atau infaq
25. Barangsiapa diantara kalian yang murtad (keluar) dari Din (Islam) lalu ia mati dalam keadaan keingkarannya (menolak untuk kembali ke dalam Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam lagi), maka itulah orang-orang yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya Qs 2:217.
Definisi Ad-Din yang telah diuraikan di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara definisi yang satu dengan yang lainnya, sehingga jika diaflikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, maka akan membentuk sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga atau sebuah kedaulatan, kekuasaan atau pemerintahan yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek dan sendi kehidupan manusia.
Berdasarkan kepada definisi kata AD-DIN menurut versi bahasa Arab dalam kamus Al-Munjid, menurut versi H. Moenawar Cholil dalam kamusnya dan menurut versi Alloh SWT dalam Al-Qur’an, maka dapat kita simpulkan bahwa definisi AD-DIN tidak sama dengan AGAMA, akan tetapi AGAMA hanyalah merupakan salah satu komponen kecil yang ada dibawah naungan sebuah Lembaga AD-DIN. Seperti halnya KOMPUTER tidak sama dengan MONITOR, tapi MONITOR hanyalah merupakan salah satu perangkat yang ada dalam sebuah KOMPUTER, atau seperti sebuah RUMAH tidak sama dengan DAPUR, tapi DAPUR hanyalah merupakan sala satu komponen yang ada dalam sebuah RUMAH, atau seekor GAJAH tidak sama dengan TELINGA GAJAH, tapi TELINGA GAJAH hanyalah merupakan salah satu komponen yang ada dalam seekor GAJAH…!
Segala bentuk tatanan, sistem hidup masyarakat; kedaulatan, kekuasaan, kepemimpinan, pemerintahan, kerajaan, negara, daulah atau khilafah, maka itulah yang dalam Al-Qur’an disebut dengan AD-DIN .
Jadi yang dimaksud dengan AD-DIN adalah sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek dan sendi kehidupan manusia yakni menaungi; menata dan mengatur masalah; IDEOLOGI (PAHAM, POLA PIKIR, CARA PANDANG, KEYAKINAN, CITA-CITA), POLITIK (KETATANEGARAAN; KEDAULATAN, KEPEMIMPINAN, PEMERINTAHAN), HUKUM (UU PIDANA & PERDATA), EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, PENDIDIKAN, PERNIKAHAN (BERKELUARGA), KESEHATAN, HANKAM (MILITER), IPTEK, OLAH RAGA, AKHLAK (MORAL), KETA’ATAN, dan lain sebagainya dengan berpedoman kepada UU dan Hukum yang berlaku di wilayah tersebut, seperti Lembaga Din Amerika Serikat, Din Malaysia, Din Fhilipina, dan lain-lain.
3.  Pengertian Al-Islam.
A. Pengertian Al-Islam Menurut Bahasa Arab;
Kata ISLAM berasal dari asal kata:
1.  Salama – Yuslimu – Islaaman, yang berarti; berserah diri, tunduk, patuh, taat.
Ini berarti bahwa yang dimaksud dengan orang Islam ialah orang yang beraqidah-tauhid (berideologi Islam) kemudian ia menyerahkan seluruh ketaatan dan kesetiaannya itu hanya kepada pimpinan penyelenggara Dinul Islam (Alloh, Rosul dan Ulil amri / pelanjut-Nya) Qs 4:59. Ia menyerahkan ketaatan dan kesetiaanya itu dengan penuh kesadaran, kecintaan dan pengorbanan dengan tujuan hanya untuk mengharapkan keridhoan dan rahmat dari Alloh saja, tidak ada unsur keraguan dan keterpaksaan sedikitpun Qs 2:207 / 9:62.
2.  Salima – Yuslamu – Silman, yang   berarti; damai.
Islam benci peperangan tapi Islam pantang mundur apabila diserang oleh musuh dan hanya yang menyerang Islam-lah yang harus diperangi. Bagi mereka yang tidak memerangi dan tidak mengusir orang Islam karena din-nya serta tidak membantu pihak yang memerangi dan mengusir, maka Islam akan memperlakukannya dengan adil Qs 60:7-9.
3.  Jika diambil dari asal kata; Salima – Yuslamu – Salaaman, maka berarti; selamat, sejahtera.
Ini mengandung arti bahwa hanya Dinul Islam-lah yang mendapat restu dan ridho dari Alloh sebagai satu-satunya tatanan dan sistem hidup masyarakat yang harus tegak di muka bumi ini Qs 6:3 / 3:19,85. Dan hanya dengan Dinul Islam-lah manusia akan selamat serta sejahtera di dunia dan akhirat, tidak ada alternatif lain Qs 7:176 / 3:10 / 9:128.
4.  Kemudian jika kata Islam diambil dari kata; Salam – Yuslamu – Sulaaman, maka berarti; tangga menuju ke atas atau jenjang untuk menuju derajat tingkat atas.
Ini berarti bahwa dalam sistem Islam berlaku tingkatan kemuliaan, akan tetapi tingkat kemuliaan ini bukan diukur atas dasar tingkat keduniaan tapi atas dasar tingkat perjuangan dan pengabdiannya kepada Alloh SWT yang direalisasikan dalam wadah Dinul Islam.
B.  Pengertian AL-ISLAM Menurut Alloh SWT Dalam Al-Qur’an;
  • Berserah diri  dan pasrah Qs 3:83,102 / 4:125 , 31:22.
  • Tunduk, patuh dan taat Qs 49:14 / 22:34.
  • Bersih / Suci Qs 26:89 / 37:84.
  • Damai Qs 8:61 / 47:35.
  • Selamat Qs 36:58 / 11:69.
  • Sejahtera Qs 37:120 / 97:5.
  • Tangga Qs 6:35 / 52:38.
Jadi kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan yang sejati akan tercapai apabila diri kita beriman (kepada rukun Iman yang enam) kemudian menghijrahkan seluruh jiwa dan harta kita secara totalitas ke dalam Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam Qs 4:100 / 9:20-22 / 22:58, setelah itu ia tidak ragu-ragu untuk ikut serta berjihad (berjuang) mensukseskan program-program yang ada dalamnya dengan seluruh jiwa dan harta yang dimiliki hingga titik darah penghabisan Qs 49:15 dengan tujuan hanya untuk mengharapkan ridho Alloh (ampunan Alloh) saja, tidak ada tujuan lain Qs 2:207 / 9:62.
Oleh sebab itu belum pantas seseorang masuk syurga Alloh, jika ia tidak ikut serta berjihad (berjuang) mensukseskan program-program yang ada dalam Dinul Islam dengan sabar hingga titik darah penghabisan Qs 2:214 / 3:142.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat Qs 2:214.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjuang diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar (dalam menjalankan tugas) Qs 3:142.
Jadi yang dimaksud dengan DINUL ISLAM adalah sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga hasil ciptaan Alloh SWT yang diwahyukan (diembankan) kepada para Rosul-Nya yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek dan sendi kehidupan manusia yakni menaungi; menata dan mengatur masalah; IDEOLOGI (PEMAHAMAN, KEYAKINAN, CITA-CITA), POLITIK (KETATANEGARAAN; KEDAULATAN, KEPEMIMPINAN, PEMERINTAHAN), HUKUM (UU PIDANA & PERDATA), EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, PENDIDIKAN, PERNIKAHAN (BERKELUARGA), WARIS, KESEHATAN, HANKAM (MILITER), IPTEK, OLAH RAGA, AKHLAK (MORAL), dan KETA’ATAN dengan berpedoman kepada UUD yang bersumber dari Wahyu Alloh (Al-Qur’an dan Sunnah), seperti halnya Lembaga Dinul Islam yang telah diproklamasikan oleh Rosululloh SAW di wilayah Madinah. Nama lain dari Lembaga Dinul Islam ialah Lembaga Islam Kaffah, Lembaga Mulkiyah Islam atau Lembaga Daulah Islam atau Lembaga Khilafah Islam.
4. Lawan Dinul Islam (Dinul Jahiliyah).
Lawan atau Musuh Besar Dinul Islam ialah Din Ghoir Islam (Din Jahiliyah atau Sistem Jahiliyah). Segala bentuk tatanan, sistem hidup masyarakat; kedaulatan, kekuasaan, kepemimpinan, pemerintahan, kerajaan, negara, daulah atau khilafah, maka itulah yang dalam Al-Qur’an disebut dengan AD-DIN . Istilah Ad-Din ini tidak hanya dikhususkan untuk Islam saja, akan tetapi ditujukan juga kepada segala bentuk tatanan atau sistem hidup masyarakat, sistem kekuasaan, sistem kepemimpinan, sistem pemerintahan, sistem kerajaan, sistem negara, sistem daulah atau sistem khilafah yang di dalamnya menanugi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, sekalipun tidak berpedoman kepada Wahyu Alloh (Kitabulloh), seperti halnya Lembaga Ad-Din yang telah diproklamasikan oleh Fir’aun, Raja Namruz, Raja Abrahah, dan Lembaga DINUL JAHILIYAH MEKKAH yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs. Itulah definisi AD-DIN yang sesungguhnya sesuai dengan yang diharapkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
Di planet bumi ini terdiri dari berbagai macam dan bentuk Ad-Din (tatanan / sistem hidup) yang dianut oleh manusia dengan pedoman yang berbeda pula, tapi ingat AD-DIN yang diturunkan oleh Alloh SWT ke muka bumi ini hanya satu, yakni DIN ISLAM atau DINUL ISLAM. Sudah menjadi hukum alam atau Sunatulloh bahwa kehidupan di dunia ini selalu berpasang-pasangan; ada siang dan ada malam, ada laki-laki dan ada perempuan, ada syurga dan ada neraka, ada kebenaran dan ada pula kebathilan, begitu juga dengan Ad-Din. Secara global Ad-Din yang ada di muka bumi ini hanya ada dua, yakni DINUL ISLAM dan DIN GHOIR ISLAM atau DIN JAHILIYAH.
A.  Pengertian Dinul Jahiliyah (Din Ghoir Islam).
  • Pengertian Din (sudah dijelaskan di atas).
  • Pengertian Jahiliyah.
Kata Jahiliyah berasal dari kata Jahala yang berarti; bodoh, tidak faham, tidak mengerti, tidak ma’rifat atau tertipu. Diantara pembaca mungkin telah banyak yang pernah mendengar dan membaca istilah jahiliyah atau masyarakat jahiliyah dan banyak pula yang mengerti bahwa yang dimaksud dengan istilah jahiliyah adalah keadaan bangsa Arab yang hidup pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai pimpinan Dinul Islam. Mereka saat itu dalam keadaan serba terpuruk dalam segala aspek kehidupan. Mereka bodoh dan gelap tidak bisa keluar dari berbagai keterpurukan dan kebangkrutan, akibat dari telah jauh meninggalkan konstitusi (pedoman dan aturan hidup) yang telah disediakan oleh Alloh SWT.
Maksud 4 kata Jahiliyah dalam Al-Qur’an;
1.  Dzonal Jahiliyah (Berprasangka buruk kepada Alloh) Qs 3:154.
Ciri khas orang jahiliyah yang pertama ialah; berprasangka buruk kepada Alloh atau tidak percaya atas kemampuan Alloh dalam menciptakan aturan dan hukum bagi manusia yang telah diciptakan-Nya, artinya; ia berprasangka buruk bahwa jika aturan dan hukum Alloh (Al-Qur’an dan Sunnah) itu diterapkan dalam tatanan hidup masyarakat atau dalam sebuah negara, maka akan menimbulkan berbagai kekacauan, ketidakadilan, peperangan, kemiskinan dan berbagai bencana lainnya. Mereka tidak sadar bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik kesejahteraan, keselamatan maupun kesengsaraan; kekacauan, ketidakadilan, peperangan, kemiskinan dan lain sebagainya seluruhnya dikendalikan penuh oleh Alloh SWT.
Seandainya penduduk suatu negeri itu beriman dan bertaqwa kepada Alloh (menjadikan Kitabulloh sebagai sumber undang-undang dan hukum tertinggi), pastilah Kami limpahkan berkah (rezeki) kepada mereka dari berbagai penjuru langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (undang-undang dan hukum yang telah diciptakan Alloh), maka Kami siksa mereka (penduduk negeri tersebut) disebabkan oleh perbuatannya Qs 7:96.
2. Hukmal Jahiliyah (Beraturan atau berhukum Jahiliyah) Qs 5:50.
Ciri khas orang jahiliyah yang kedua ialah; ia ridho dan rela untuk diatur, diundang-undangi dan dihukumi oleh aturan dan hukum jahiliyah (selain Al-Qur’an dan Sunnah). Dikarena dalam akal mereka telah berprasangka buruk kepada Alloh; bahwa jika aturan dan hukum Alloh itu diterapkan dalam tatanan sosial masayarakat atau dalam sebuah negara, maka akan menimbulkan berbagai kekacauan, perpecahan, ketidakadilan, peperangan, kemiskinan dan berbagai bencana lainnya, maka selanjutnya ia mencari aturan dan hukum alternatif yang cocok dengan hati nuraninya dengan meninggalkan aturan dan hukum yang telah disediakan oleh Alloh (Al-Qur’an dan Sunnah).
Apakah hukum jahiliyah (undang-undang buatan manusia) yang mereka kehendaki dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum hasil ciptaan) Allah bagi orang-orang yang yakin ? Qs 5:50.
…….Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang telah diturunkan oleh Alloh (undang-undang dan hukum Qur’an), maka itulah orang yang kafir Qs 5:44.
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisos)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah (undang-undang dan hukum Qur’an), maka mereka itu ialah orang-orang yang dzalim Qs 4:45.
Ini (Al-Qur’an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang menolak ayat-ayat Alloh (undang-undang dan hukum Qur’an) bagi mereka azab dan siksa yang sangat pedih Qs 45:11.
3. Tabarujjal Jahiliyah (Berpola hidup Jahiliyah) Qs 33:33.
Ciri khas orang jahiliyah yang ketiga ialah; ia berpola hidup; berbudaya, berpakaian, bersolek atau berdandan jahiliyah, yaknI tidak sesuai dengan aturan dan perintah Alloh. Itulah buah dari penerapan aturan dan hukum Non Wahyu (selain Al-Qur’an dan Sunnah). Mereka lebih percaya (iman) kepada aturan dan hukum yang bersumber dari produk manusia dengan meninggalkan aturan dan hukum yang telah disediakan oleh tuhannya (Al-Qur’an dan Sunnah).
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku (berpaling dari aturan dan hukum Qur’an), maka sesungguhnya akan diberikan kepadanya penghidupan yang sempit (serba sengsara) dan Kami akan mengumpulkan mereka di hari qiyamat dalam keadaan buta Qs 20:124.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami (menolak aturan dan hukum Qur’an), kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit yang lain (kulit baru) supaya mereka merasakan (pedihnya) azab-(Ku). Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana Qs 4:56.
4. Hamiyatal Jahiliyah (Kesombongan Jahiliyah) Qs 48:26.
Ciri khas orang jahiliyah yang keempat ialah; berprilaku sombong kepada Alloh. Dikarenakan mereka sudah merasa mampu dan hebat dalam menyediakan aturan dan hukum bagi masyarakatnya, maka dari itu mereka sudah tidak lagi membutuhkan aturan dan hukum yang berasal dari tuhannya. Mereka berkeyakinan bahwa aturan dan hukum yang telah dibuatnya adalah lebih sempurna dibandingkan dengan aturan dan hukum yang telah diciptakan oleh tuhannya (Alloh SWT).
Aturan dan hukum yang telah ditegakkan dalam tatanan masyarakat dan negaranya adalah sudah final / harga mati, tidak bisa diganggu gugat apapun alasannya; mereka lebih baik mati dan hancur lebur ditimpa bebagai bencana daripada harus kembali kapada konstitusi (aturan dan hukum) yang telah disediakan oleh Alloh SWT (Al-Qur’an dan Sunnah), mereka sudah tidak lagi merasa takut dengan azab yang dincamkan Alloh SWT, ancaman itu dinggapnya hanya sebatas dongeng zaman jahiliyah dulu yang tidak mungkin menimpa negerinya yang serba canggih dalam mendeteksi dan menangani berbagai bencana. Itulah puncak kesombongan para pejabat dan warga Din Jahiliyah Mekkah fii Indonesia.
Seandainya penduduk suatu negeri itu beriman (kepada sistem Islam) dan bertaqwa kepada Alloh (melaksanakan aturan dan hukum Al-Qur’an), pastilah Kami limpahkan berkah (rezeki) kepada mereka dari berbagai penjuru langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (undang-undang dan hukum Qur’an), maka Kami siksa mereka (penduduk negeri tersebut) disebabkan oleh perbuatannya Qs 7:96.
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami (menolak aturan dan hukum Al-Qur’an), maka nanti akan Kami bawa mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kesengsaraan dan kehancuran) dengan cara yang yang tidak mereka sadari. Kemudian kami memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku pasti terbukti Qs 7:182-183.
Jadi yang dimaksud dengan Dinul Jahiliyah (Din Ghoir Islam) adalah segala bentuk tatanan atau sistem hidup masyarakat yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, yakni diantaranya menaungi; menata dan mengatur masalah; IDEOLOGI (PEMAHAMAN, POLA PIKIR, CARA PANDANG, KEYAKINAN, CITA-CITA), POLITIK (KETATANEGARAAN; KEDAULATAN, KEPEMIMPINAN, PEMERINTAHAN), HUKUM (UU PIDANA & PERDATA), EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, PENDIDIKAN, PERNIKAHAN (BERKELUARGA), KESEHATAN, WARIS, HANKAM (MILITER), IPTEK, OLAH RAGA, AKHLAK (MORAL), KETA’ATAN, dan lain sebagainya dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum hasil buatan manusia, seperti Dinul Jahiliyah Mekkah yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs. Nama lain dari Dinul Jahiliyah ialah; Daulah Jahiliyah atau Khilafah Jahiliyah.
5. Perbedaan Dinul Islam (Islam Kaffah) dan Dinul Jahiliyah (Din Ghoir Islam).
A.   Ciri – Ciri Lembaga Dinul Islam (Sistem Islam / Islam Kaffah) Dizaman Rosululloh SAW;
1.  Dinul Islam adalah sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga hasil ciptaan Alloh SWT yang telah diwahyukan kepada para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek dan sendi kehidupan manusia dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum yang bersumber dari Wahyu Alloh (Al-Qur’an & Sunnah) Qs 42:13 / 9:33.
2.  Dinul Islam ialah hasil ciptaan Alloh SWT yang diembankan kepada para Rosul-Nya Qs 42:13 / 9:33.
3.  Kedaulatan tertinggi dalam Dinul Islam sepenuhnya hak dan milik Alloh, artinya;
(a)  Pucuk kepemimpinan, kekuasaan dan pemerintahan tertinggi dalam Dinul Islam sepenuhnya milik Alloh Qs 20:114 / 23:116 (Bertauhid Mulkiyah).
(b)  Pencipta undang-undang dan hukum tertinggi dalam Dinul Islam ialah sepenuhnya hak Alloh Qs 6:18,57,61 / 10:65 / 13:41 (Bertauhid Rububiyah).
(c)  Ketaatan / loyalitas (pengabdian) seluruh penyelenggara dan warga Dinul Islam dipersembahkan sepenuhnya hanya untuk Alloh saja Qs 51:56 / 6:162 / 16:52 (Bertauhid Uluhiyah).
4.  Undang-undang dan hukum tertinggi yang dijadikan pedoman ialah Wahyu Alloh (Al-Qur’an & Sunnah) Qs 45:20.
5.   Kafir terhadap segala bentuk konstitusi; pedoman, ajaran, syari’at, aturan, undang-undang dan ketentuan hukum yang tidak bersumber dari Wahyu Alloh (Kitabulloh dan Sunnah Rosul-Nya) Qs 33:1.
6.  Tidak membela; tidak ada kompromi, tidak bersekutu, berserikat, berkoalisi, berkolaborasi, kooperatif / kerjasama atau berpartai dengan pemerintah thogut (Dinul Jahiliyah) Qs 33:1 / 16:36 / 5:57 / 3:28,118,149 / 4:138-140,144.
7.  Berpola furqon (berpola hijrah; memisahkan diri / berintegrasi) Qs 8:29,41 / 2:218 / 9:20-22 / 33:1, yakni; melepaskan diri dari Struktur Lembaga Pemerintahan Thogut (Dinul Jahiliyah) seperti yang telah dilakukan oleh Rosululloh SAW; beliau beserta jama‘ahnya melepaskan diri dari Struktur Lembaga Pemerintahan Thogut (Dinul Jahiliyah) Mekkah yang dipimpin saat itu oleh Abu Jahal Cs, kemudian beliau memproklamasikan berdirinya Lembaga Dinul Islam secara independen, integral / berdiri sendiri di wilayah Yatsrib (Madinah), padahal pada saat itu wilayah tersebut masih merupakan bagian dari wilayah kedaulatan Negara Republik Jahiliyah (Dinul Jahiliyah) Mekkah.
Berikut ini ciri khas keberadaan Dinul Islam Madinah yang telah diproklamasikan oleh Rosululloh SAW;
(a) Memiliki wilayah kedaulatan tersendiri, yakni meliputi seluruh planet bumi beserta seluruh isinya Qs 21:105.
(b) Memiliki struktur kepemimpinan dan pemerintahan tersendiri.
(c) Memiliki lembaga majelis musyawarah dan dewan imamah (kabinet / parlemen) tersendiri.
(d) Memiliki perundang-undangan dan perangkat hukum tersendiri.
(e) Memiliki departemen pendidikan dan kurikulum tersendiri, memiliki departemen agama tersendiri, memiliki departemen ekonomi tersendiri, memiliki program tersendiri, memiliki departemen HANKAM tersendiri dan memiliki departemen lainnya yang keberadaannya ada dibawah naungan dan legalitas dari Lembaga Dinul Islam Madinah.
(f) Memiliki visi dan misi untuk tegaknya Amanat Alloh, yakni tegaknya Dinul Islam hingga tingkat dunia Internasional (Khilafah Islam fil Ardl) dan berjuang keras untuk menghacurkan segala bentuk Dinul Jahiliyah yang ada di muka bumi ini, sekalipun para pemimpin dan warga Dinul Jahiliyah tidak menyukainya Qs 6:161 / 9:33 / 61:9 / 48:28.
B.   Ciri – Ciri Lembaga Dinul Jahiliyah (Sistem Jahiliyah / Din Ghoir Islam) Di zaman Abu Jahal Cs;
1.  Dinul Jahiliyah adalah segala bentuk tatanan, sistem hidup masyarakat, kepemimpinan, pemerintahan atau segala bentuk kerajaan yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum yang bersumber dari hasil buatan manusia / thogut (Non Wahyu).
2.  Dinul Jahiliyah (Sistem Jahiliyah / Din Ghoir Islam) ialah merupakan hasil pemikiran akal manusia (Non Wahyu).
3.  Kedaulatan tertinggi sepenuhnya ada ditangan Thogut, artinya;
(a)   Pucuk kepemimpinan, kekuasaan atau pemerintahan tertinggi dalam Dinul Jahiliyah ialah selain Alloh, yakni sepenuhnya ada ditangan manusia / Thogut (Musyrik Mulkiyah).
(b)  Pencipta undang-undang dan penetap hukum tertinggi dalam Dinul Jahiliyah ialah selain Alloh, yakni manusia / Thogut Qs 4:60,61,76 / 5:44,45,47 (Musyrik Rububiyah). Ingat bahwa yang berhak untuk menciptakan undang-undang dan hukum baik di langit maupun di bumi ini ialah hanya hak Alloh saja Qs 6:18,57,61 / 10:65 / 13:41.
(c)  Ketaatan / loyalitas (pengabdian) seluruh pengikut Dinul Jahiliyah sepenuhnya dipersembahkan hanya untuk penguasa selain Alloh, yakni untuk Thogut / Rakyat (Musyrik Uluhiyah).4Mereka kafir terhadap eksistensi kedaulatan Alloh (Pemilik Kekuasaan) Qs 20:114 / 23:116 / 6:57,61,114 / 10:65 / 13:41. Warga Dinul Jahiliyah meyakini bahwa pemegang kedaulatan tertinggi sepenunya ada ditangan penguasa yang memerintah di negeri ini (Thogut), sehingga aturan dan hukum yang wajib berlaku dalam setiap jengkal tanah yang ada di negeri ini pun harus aturan dan hukum prodak mereka. Selanjutnya segala bentuk pengorbanan; ketaatan, loyalitas dan pengabdian seluruh elemen masyarakat pun sepenuhnya harus dipersembahkan semata-mata hanya untuk kepentingan pemilik kedaulatan negeri ini, yakni thogut atau rakyat. Mereka tidak mengakui Alloh sebagai satu-satunya Pencipta dan Pemilik Alam Semesta ini yang hak berdaulat penuh atas seluruh hasil ciptaan dan milik-Nya.4. Undang-undang dan hukum tertinggi yang dijadikan pedoman dalam Dinul Jahiliyah ialah Non Wahyu / Buatan Manusia (selain Kitabulloh & Sunnah) Qs 45:20.
4.  Menampung dan mencampuradukkan segala bentuk ajaran; syari’at, aturan, undang-undang dan hukum yang berasal dari segala sumber, yang selanjutnya kemudian dimusyawarahkan dan ditetapkan sebagai pedoman utama (UUD).
5.  Manusia itu bodoh tidak memiliki kemampuan untuk berbuat apa pun Qs 33:72, sehingga dalam membuat undang-undang dan hukum, mereka selalu berpedoman kepada prasangka, perasaan dan perkiraan akalnya belaka Qs 6:148,116 / 10:66 / 43:20. Maka setiap aturan dan hukum yang bersumber dari perkiraan manusia itu ialah kebathilan dan kebohongan Qs 53:28 / 10:36. Otomatis segala bentuk ajaran; aturan / undang-undang dan ketetapan hukum hasil buatan manusia (thogut) itu ialah bathil dan dusta besar Qs 22:62 / 31:30.
6.  Segala bentuk ajaran; aturan dan hukum yang bersumber dari hasil buatan thogut, pasti akan menghantarkan manusia kepada kesesatan dan kesengsaraan di dunia dan akhirat Qs 10:32,35 / 6:42-49 / 20:123,124 / 41:41 / 47:8-11.
7.  Selalu menentang; mengisukan dan menuduh sesat terhadap pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam, mereka dianggap berbahaya karena memiliki visi dan misi untuk menegakkan Dinulloh (Dinul Islam) dan akan menghancurkan seluruh Dinul Jahiliyah yang ada di planet bumi milik Alloh SWT ini.
Pengertian Thogut:
Menurut bahasa kata Thogut berasal dari asal kata; thogo, yang berarti melampaui batas, melewati batas atau ke luar dari batas-batas yang telah ditetapkan oleh Alloh dan Rosul-Nya dalam kitab-Nya dan Sunnah Rosul-Nya Qs 11:112 / 20:24,43 / 52:32 / 89:10-14. Untuk lebih jelasnya simak ayat berikut ini;
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan Qs 11:112.
Apakah mereka diperintah oleh fikiran-fikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas ? Qs 52:32.
Pergilah kepada Fir’aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas” Qs 20:24,43.
Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (aparatur dan pasukan tentara yang banyak). Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri. Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu. Karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka azab. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi Qs 89:10-14.
Jadi Thogut ialah Raja, Pimpinan, penguasa atau pemerintahan (tukang nitah / tukang nyuruh) dalam sebuah negeri yang telah melampaui, melewati batas atau keluar dari batas aturan dan hukum yang telah ditetapkan oleh Alloh SWT Selaku Raja, Pimpinan, Penguasa dan Kepala Pemerintahan Tertinggi di Jagat Raya ini. Contoh Thogut; Fir’aun, Raja Namruz, Raja Abrahah dan Abu Jahal.
(1) Menurut Umar Bin Khotob; Thogut ialah iblis atau syetan.
(2) Menurut Imam Malik; Thogut ialah segala sesuatu di luar Alloh (makhluk) yang dijadikan sebagai tempat pengabdian, tempat memohon pertolongan dan perlindungan, seperti; jin, syetan, berhala, dewa, nenek moyang, majikan, dukun, paranormal, raja, penguasa atau pemerintah selain Alloh, dan lain sebagainya.
(3)  Menurut Alloh dan Rosul-Nya bahwa yang disebut dengan Thogut ialah;
a. Raja, penguasa, pemimpin, penyelenggara pemerintahan atau penyelenggara kerajaan yang tidak menjadikan Kitabulloh dan Sunnah Rosul-Nya sebagai pedoman dalam menata dan mengatur seluruh sendi kehidupan masyarakat dan negaranya, kemudian mereka menyuruh aparatur dan warganya supaya taat kepadanya, baik secara paksa maupun atas kesadaran sendiri dengan memberikan ajaran yang merusak aqidah Islam (ideologi Islam), seperti yang telah dilakukan oleh Iblis, Fir’aun, Raja Namruz, Raja Abrahah, Abu Jahal, Abu Lahab beserta seluruh pendukung dan simpatisannya sampai saat ini Qs 2:256,257 / 4:60,76 / 5:60 / 16:36.
b. Orang yang menciptakan ajaran; aturan dan hukum.
Ingat….!!! Langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk menciptakan ajaran; aturan dan hukum untuk manata dan mengatur seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 22:67 / 42:13 / 45:18 / 13:37,41 / 10:37 / 6:57 / 33:36. Jika ada manusia yang menciptakan ajaran; aturan dan hukum, tanpa ada otoritas (kewenangan resmi) dari Alloh SWT, maka itulah orang yang divonis oleh Alloh SWT sebagai Thogut (Pemberontak; Perebut hak Alloh) Qs 4:60,76 / 6:112,123.
Sedangkan orang yang diberi otoritas (kewenangan resmi) oleh Alloh SWT untuk menggulirkan ajaran; aturan dan hukum hasil ciptaan Alloh (Kitabulloh) di bumi ini hanya-lah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) Qs 7:158 / 21:105 / 42:13 / 9:33 / 48:28 / 61:9. Pangkat seorang Rosul saja tidak berhak untuk menciptakan ajaran; aturan dan hukum, ia hanya sebatas seorang mandataris Alloh SWT (pengemban amanah dari Alloh SWT). Setelah Rosululloh SAW wafat kemudian mandat (amanah) tersebut dilanjutkan oleh Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a, Umar bin Khotob r.a, Utsman bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan seterusnya hingga sekarang ini Qs 3:144 / 4:59 / 24:55.
Ingatlah…!!!  Menciptakan (segala sesuatu) dan memerintah itu hanyalah hak Alloh Qs 7:54.
Bentuk – bentuk ajaran buatan manusia (buatan thogut):
  • Ajaran Nenek Moyang
  • Ajaran Monarchi.
  • Ajaran Sosialis.
  • Ajaran Demokrasi.
  • Ajaran Komunis.
  • Ajaran Nasakom.
  • Ajaran Pancasila.
  • Ajaran Marxisme.
  • Ajaran Marhaen.
  • Ajaran Zionis.
  • Ajaran Majusi
  • Ajaran Kristen.
  • Ajaran Hindu.
  • Ajaran Nasionalis
  • Ajaran Filsafat.
  • Ajaran HAM.
  • Dan Lain-Lain.
c. Orang yang mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan kemudian ia memimpin dan memerintah di muka bumi ini tanpa ada legalitas (izin resmi) dari Alloh SWT selaku pencipta dan pemilik yang syah atas Alam semesta ini.
Langit dan bumi beserta seluruh isinya adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 10:3,55 / 20:6, maka yang berhak untuk mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan dan yang berhak untuk memimpin dan memerintah (menyuruh) atas setiap makhluk yang ada di langit maupun di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 7:54 / 67:1 / 25:2 / 5:120 / 20:114 / 23:116 / 6:18,61,73 / 10:65.
Jika ada manusia yang mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan kemudian ia memimpin dan memerintah di muka bumi ini tanpa ada legalitas (izin resmi) dari Alloh SWT, maka itulah orang yang disebut dengan Thogut (Pemberontak atau Perebut Hak Alloh) Qs 4:60,76. Mereka inilah yang dimaksud oleh Alloh SWT sebagai pembuat makar (pembuat kejahatan / pemberontak) yang sebenarnya terhadap hak dan kedaulatan Alloh SWT Qs 6:112,123 / 6:61 / 10:65.
Sedangkan orang yang diberi legalitas (izin resmi) untuk mendirikan Lembaga Kerajaan / Lembaga Pemerintahan kemudian yang berhak untuk memimpin dan memerintah di planet bumi ini hanya-lah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) Qs 7:158 / 21:105 / 42:13 / 9:33 / 48:28 / 61:9. Setelah Rosululloh SAW wafat kemudian dilanjutkan oleh Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a, Umar bin Khotob r.a, Utsman bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan seterusnya hingga sekarang ini Qs 3:144 / 4:59 / 24:55.
Ingatlah…!!!   Menciptakan (mendirikan segala sesuatu) dan memerintah itu hanyalah hak Alloh Qs 7:54.
d. Orang yang meminta dirinya supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya, tanpa ada legalitas (izin resmi) dari Alloh SWT.
Karena langit dan bumi beserta seluruh yang terkandung di dalamnya ini adalah merupakan hasil ciptaan dan milik Alloh SWT Qs 7:54 / 10:3,55 / 6:102 / 20:6, maka yang hak ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi ini hanya-lah hak Alloh saja Qs 3:18 / 6:3 / 17:44 / 22:18 / 24:41 / 7:59,206 / 16:2,49 / 40:62-66 / 18:110 / 20:14 / 21:25 / 98:5 / 3:31,32,132 / 4:59,80 / 33:36.
Jika ada makhluk atau manusia atau siapa saja yang meminta dirinya supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya, maka itulah yang disebut dengan Thogut (Perebut Hak Alloh). Sedangkan makhluk atau orang yang diberi legalitas (izin resmi) oleh Alloh SWT untuk supaya ditaati setiap aturan dan kebijakan hukum-hukumnya hanyalah para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) dan Ulil amri-Nya (kholifah / imam / pimpinan Dinul Islam berikutnya) seperti; Abu Bakar Sidiq r.a, Umar bin Khotob r.a, Utsman bin Affan r.a, Ali bin Abi Tholib r.a, dan seterusnya hingga sekarang ini Qs 3:32,132 / 4:59,69,80 / 8:20,24,46 / 6:36.
Ciri Khas Thogut ialah mereka menduduki jabatan sebagai Raja, Pimpinan, Penguasa atau Kepala Pemerintahan dalam sebuah negeri tapi mereka menolak untuk tuduk dan patuh secara totalitas terhadap aturan dan hukum yang telah disediakan oleh Alloh SWT selaku Raja, Pimpinan, Penguasa dan Kepala Pemerintahan Tertinggi di Jagat Raya ini.
Hal-hal yang harus ditinggalkan (dikafirkan) dari tentang Thogut;
  1. Dzat-nya (fisiknya).
  2. Sifat-sifat -nya (karakter dan tabi’atnya).
  3. Asma’-nya (nama-namanya).
  4. Af’al-nya (pekerjaannya, prilaku dan kinerjanya).
  5. Rububiyah-nya (segala bentuk ajarannya, tuntunannya, konsep hidupnya, program-programnya, sistem peraturannya, sistem perundang-undangannya dan segala bentuk kebijakan hukum-hukumnya).
  6. Mulkiyah-nya (sistem kerajaannya, sistem kedaulatannya, sistem kepemimpinannya dan sistem pemerintahannya).
  7. Uluhiyah-nya (sistem ibadahnya; sistem pengabdiannya, sistem ketaatannya dan sistem loyalitasnya).
Simak firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat 16:36 / 4:60,76 / 2:256.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Mengabdilah kepada Allah (saja) dan tinggalkanlah thogut itu”. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para utusan Alloh) Qs 16:36.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thogut, padahal mereka telah diperintahkan supaya kafir kepada thogut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya Qs 4:60.
6. Perbedaan Pengertian Agama dan Ad-Din.
1.  Ruang Lingkup Definisi AGAMA:
Arti Ad-Din secara teknis;
  • Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Inggris adalah religion.
  • Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Belanda adalah religie.
  • Arti Ad-Din secara teknis menurut bahasa Indonesia adalah AGAMA.
Pengertian AGAMA
  • Menurut Fachruddin Al-Khoiri; kata “AGAMA” berasal dari kata majmu’ dari bahasa Sansakerta yang terdiri dari dua kata yaitu A’ yang berarti tidak dan GAMA yang berarti kacau, kocar-kacir.
  • Menurut H. Bahrum Rankuti; kata “AGAMA” terdiri dari A’ (dibaca panjang) yang berarti cara, jalan, metode, tre way dan GAMA berasal dari kata Gam (Bahasa Indonesia Germania) yang berarti dalam bahasa Inggris; to go, jalan, cara berjalan. Jadi AGAMA secara arti kata ialah cara atau jalan keluar atau metode untuk melangkah.
  • Menurut Sultan Mahmud Zein dalam kamusnya menerangkan bahwa AGAMA berarti kepercayaan terhadap roh nenek moyang, leluhur, karuhun, dewa, kesaktian atau kepada tuhan.
Kesimpulan dari ketiga pendapat di atas bahwa arti AGAMA adalah tidak kacau, cara berjalan, metode melangkah, kepercayaan kepada roh nenek moyang, leluhur, kesaktian, dewa dan tuhan.
Jadi yang dimaksud dengan AGAMA Versi Bangsa Indonesia adalah ajaran, tuntunan atau konsep hidup yang di dalamnya hanya menata dan mengatur satu aspek kehidupan saja yakni hanya menata dan mengatur masalah ibadah ritual saja seperti; sembahyang, kebaktian, misa, puji-pujian, semedhi, yoga, puasa, do’a, ibadah haji, pengajian, kegiatan amal, merayakan hari-hari besar keagamaan seperti Natal, Paskah, Nyepi, Galungan, Kuningan, Waisak, Ngaben, Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, Isro Mi’raz dan lain sebagainya.
Definisi Ad-Din dalam Al-Qur’an dan bahasa Arab merupakan hal yang unik, seperti definisi Ad-Din menurut versi Alloh tidak akan sama dengan definisi AGAMA menurut versi bahasa Indonesia (Sansakerta), definisi sholat menurut versi Alloh tidak sama dengan definisi sembahyang menurut versi bahasa Indonesia dan begitu juga dengan definisi shaum tidak sama dengan definisi puasa menurut versi bahasa Indonesia.
Istilah Ad-Din dalam Al-Qur’an boleh diterjemahkan secara teknis ke dalam bahasa Indonesia menjadi AGAMA, tapi AGAMA harus diberi pengertian yang sesuai dengan yang diharapkan oleh Alloh dan Rosul-Nya. Sebab jika AGAMA diartikan sebagaimana asal bahasanya (Sansakerta), maka jika disambungkan dengan kata ISLAM akan melahirkan definisi AGAMA ISLAM yang tidak sama dengan DINUL ISLAM.
Hal ini sangat prinsip sekali, mengingat efek yang ditimbulkan dari salah memberi pengertian terhadap istilah DINUL ISLAM adalah akan sangat fatal, akibat dari kekeliruan dalam mengaflikasikan dari istilah itu, maka akhirnya kita salah alamat, bukannya kita melaksanakan DINUL ISLAM yang Alloh kehendaki, malah kita hanyut dan larut dalam kehidupan AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah. Oleh karena itu tinggalkanlah AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL JAHILIYAH, mari sekarang kita untuk berhijrah ke dalam AGAMA ISLAM yang ada dibawah naungan LEMBAGA DINUL ISLAM.
Jika ruang lingkup DINUL ISLAM hanya sebatas mengatur masalah ibadah ritual saja seperti; thoharoh, sholat, puasa, zakat, infaq, shodaqoh, ibadah haji, umroh, do’a, dzikir bersama, pengajian, tilawah, tahlilan, tawasulan, ziarah kubur, merayakan hari raya idul adha, idul fitri, maulid Nabi, dan lain-lain, maka tidak mungkin Abu Jahal selaku Kepala Negara Jahiliyah (Dinul Jahiliyah) Mekkah dengan aparaturnya berjuang sampai mati demi untuk membunuh Muhammad.
Seluruh warga Dinul Jahiliyah Mekkah mengenal betul bahwa Muhammad ialah seorang yang jujur, bijak, rendah hati, bersahaja, bermartabat dan merupakan sosok yang patut untuk dijadikan tauladan, sehingga tidak mungkin warga Dinul Jahiliyah Mekkah akan memusuhi pribadi Muhammad jika beliau hanya menda’wahkan tentang masalah Agama Islam yang di dalamnya hanya mengajak untuk melaksanakan ibadah ritual saja.
Dari sini kita bisa menilai bahwa pastilah apa yang diajarkan oleh Muhammad bukanlah hanya sekedar aktivitas ritual keagamaan saja, tapi ada hal lain yang terkandung dalam misi gerakan da’wah yang diemban oleh beliau. Hal ini menunjukkan bahwa warga Dinul Jahiliyah Mekkah paham betul akan makna dan aspek-aspek yang ada dibawah naungan sebuah Lembaga Ad-Din, sehingga mereka mengupayakan dengan berbagai cara untuk menghentikan pergerakkan rekrutmen (da’wah) yang dilakukan oleh Muhammad dan jama’ahnya, karena jika hal tersebut dibiarkan, maka akan mengancam Keutuhan Negara Kesatuan Republik Jahiliyah (Dinul Jahiliyah) Mekkah.
Pengertian Ad-Din
Menurut Alloh SWT dalam Al-Qur’an telah diterangkan bahwa definisi sebuah Ad-Din memiliki banyak makna diantaranya; undang-undang / peraturan Qs 12:76, hukum / peradilan Qs 24:2, kekuasaan / kedaulatan Qs 3:83 / 56:86, tatanan / sistem hidup Qs 110:1-3, ketaatan / kesetiaan Qs 16:52 / 39:11, ibadah / pengabdian Qs 40:14,65, agama Qs 107:1, pembalasan Qs 1:4 / 82:17 / 95:7.
Ruang lingkup Ad-Din;
Ruang lingkup, komponen dan aspek-aspek yang ada dibawah naungan sebuah Lembaga Ad-Din adalah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yakni; mencakup urusan kenegaraan; ideologi (pemahaman, pola pikir, cara pandang, keyakinan, cita-cita), politik (ketatanegaraan; kedaulatan, kepemimpinan, pemerintahan), hukum (undang-undang pidana & perdata), ekonomi, sosial, budaya, agama, waris, pendidikan, kesehatan, pernikahan (berkeluarga), hankam (militer), iptek, akhlak (moral), olah raga, ketaatan dan lain sebagainya.
Kesimpulan;
Definisi dan ruang lingkup Ad-Din tidak sama dengan AGAMA, AGAMA hanyalah merupakan salah satu komponen yang ada dalam naungan sebuah Ad-Din, sedangkan Ad-Din adalah sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga pemerintahan yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk di dalamnya menaungi; menata dan mengatur masalah urusan AGAMA.
Segala bentuk tatanan, sistem hidup masyarakat; kedaulatan, kekuasaan, kepemimpinan, pemerintahan, kerajaan, negara, daulah atau khilafah, maka itulah yang dalam Al-Qur’an disebut dengan Ad-Din . Istilah Ad-Din ini tidak hanya dikhususkan untuk Islam saja, akan tetapi ditujukan juga kepada segala bentuk tatanan atau sistem hidup masyarakat, sistem kekuasaan, sistem kepemimpinan, sistem pemerintahan, sistem kerajaan, sistem negara, sistem daulah atau sistem khilafah yang di dalamnya menanugi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, sekalipun tidak berpedoman kepada Wahyu Alloh (Kitabulloh), seperti halnya Lembaga Ad-Din yang telah diproklamasikan oleh Fir’aun, Raja Namruz, Raja Abrahah, dan Lembaga DINUL JAHILIYAH MEKKAH yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs. Itulah definisi Ad-Din yang sesungguhnya sesuai dengan yang diharapkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
Jadi definisi Ad-Din sama dengan definisi sebuah Lembaga Pemerintahan, yakni tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, yakni menaungi; menata dan mengatur masalah; IDEOLOGI (PEMAHAMAN, POLA PIKIR, CARA PANDANG, KEYAKINAN, CITA-CITA), POLITIK (KETATANEGARAAN; KEDAULATAN, KEPEMIMPINAN, PEMERINTAHAN), HUKUM (UU PIDANA & PERDATA), EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, AGAMA, PENDIDIKAN, PERNIKAHAN (BERKELUARGA), KESEHATAN, WARIS, HANKAM (MILITER), IPTEK, AKHLAK (MORAL), OLAH RAGA, KETAATAN, dan lain-lain dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum yang telah dibuat oleh penguasa yang memerintah di wilayah tersebut, seperti Dinul Islam Madinah, Dinul Jahiliyah Mekkah, dan lain sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan AGAMA menurut versi Bangsa Indonesia adalah sebuah ajaran, tuntunan atau konsep hidup yang di dalamnya hanya menata dan mengatur satu aspek kehidupan yakni masalah ibadah ritual saja seperti; sembahyang, kebaktian, misa, puji-pujian, semedhi, yoga, puasa, do’a, ibadah haji, pengajian, kegiatan amal, merayakan hari-hari besar keagamaan seperti Natal, Paskah, Nyepi, Galungan, Kuningan, Waisak, Ngaben, Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, Isro Mi’raz dan lain sebagainya, dimana keberadaan sebuah Agama biasanya ada dalam naungan Departemen Agama, selanjutnya sebuah Departemen Agama pasti ada dalam tubuh, wadah, naungan, perlindungan atau legalitas dari sebuah Lembaga Ad-Din.
Secara global Lembaga Ad-Din yang ada dimuka bumi ini hanya ada 2 yakni;
1.  DINUL ISLAM, yaitu sebuah tatanan atau sistem hidup masyarakat atau sebuah lembaga hasil ciptaan Alloh SWT yang telah diwahyukan kepada para Rosul-Nya (Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW) yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek dan sendi kehidupan manusia dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum yang bersumber dari Wahyu Alloh (Al-Qur’an & Sunnah) Qs 42:13 / 9:33.
2.  DINUL GHOIR ISLAM atau DINUL JAHILIYAH, yaitu segala bentuk tatanan, sistem hidup masyarakat, kepemimpinan, pemerintahan, negara atau segala bentuk kerajaan yang di dalamnya menaungi; menata dan mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan berpedoman kepada undang-undang dan hukum yang bersumber dari hasil buatan manusia / thogut (Non Wahyu).
Secara garis besar Agama yang ada di muka bumi ini juga terbagi ke dalam 2 kelompok besar yakni;
1.  Agama Islam (Agama Produk Tuhan atau Agama Samawi).
2.  Agama Non Islam (Agama Produk Manusia).
Agama Islam di zaman Rosululloh SAW juga secara garis besar ada 2, yakni;
1.  Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Jahiliyah Mekkah, yakni Agama Islam yang dianut secara turun temurun oleh mayoritas penduduk bangsa Arab, tapi keberadaan Institusi Agama Islam tersebut ada dibawah naungan Depatemen Agama Negara Jahiliyah Mekkah yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs.
2.  Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam Madinah, yakni Agama Islam yang dianut oleh pengikut Nabi Muhammad SAW, dimana keberadaan Institusi Agama Islam tersebut ada dibawah naungan Departemen Agama Negara Islam Madinah yang dipimpin oleh Rosululloh SAW.
Jadi hidup yang benar menurut Alloh dan Rosul-Nya ialah hidup yang hanya beribadah (taat / ngabdi) kepada Alloh saja Qs 51:56, sedangkan ibadah yang diterima oleh Alloh SWT hanyalah ibadah yang dilaksanakan dalam Agama Islam, yakni Agama Islam yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Islam Qs 3:19, bukan Agama Islam yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah, sebagaimana firman Alloh SWT berikut ini;
Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Agama Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya Qs 3:19.
Barangsiapa yang mencari (berada dalam) Agama selain Agama Islam, maka sekali – kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya dan di akhirat kelak ia akan digolongkan dengan orang – orang yang merugi (sia-sia) Qs 3:85.
7. Ciri-Ciri Keadaan Pemeluk Agama Islam Yang Ada Dibawah Naungan Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah.
Ciri-Ciri Pemeluk Agama Islam Yang Ada Dibawah Naungan Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah
Yang Dipimpin Oleh Abu Jahal Cs;
Agama yang dianut oleh penduduk bangsa Arab ialah; Agama Islam Turunan (Islam Millah Ibrohim), yahudi, nasroni, majusi, sabi’in dan lain sebagainya, tapi agama mayoritas yang dianut oleh penduduk bangsa Arab ialah Agama Islam Turunan (Islam Millah Ibrohim). Berikut ciri-ciri pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah;
(1) Mereka mengaku beriman kepada Alloh, buktinya apabila mereka ditanya; “Siapa pencipta langit dan bumi, siapa yang memberi rezki kepadamu, siapa pemilik alam semesta dan siapa yang mengatur segala sesuatu ?” Pasti mereka menjawab; “Alloh”. Simak Qs 10:31 / 43:86,89 / 23:84-87.
Katakanlah:”Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka (pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Jahiliyah) akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”
Dan pemimpin-pemimpin yang mereka taati selain Allah tidak dapat memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (Dinul Islam) dan mereka meyakini(nya). Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, Maka Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari taat kepada Allah )?, Dan (Allah mengetahui) Ucapan Muhammad: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman”. Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan Katakanlah: “Salam (selamat tinggal).” kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk) Qs 43:86-89.
Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka Apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka mengapa kamu tidak bertakwa?” Qs 23:84-87.
(2) Setiap mengikrarkan sumpah, mereka sering mengawalinya dengan kalimat “Demi Alloh”, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam upacara penting kenegaraan. Simak Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH. Moenawar Cholil dan dalam seluruh Sirah Nabi Muhammad SAW pasti kalimat tersebut banyak diikrarkan oleh pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Lembaga Dinul Jahiliyah Mekkah.
(3) Melakukan sholat disekitar Ka’bah, tapi sholat mereka dinilai oleh Alloh bagaikan siulan dan tepuk tangan belaka (sia-sia tanpa pahala) Qs 8:35.
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Sholat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah (bagaikan) siulan dan tepukan tangan (sia-sia tanpa pahala). Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu Qs 8:83-85.
(4) Melakukan do’a, dzikir dan tawasulan, ziarah kubur, istighosah / taqorub Ilalloh (dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Alloh) Qs 29:65 / 39:3.
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik) dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar Qs 39:3.
Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) Qs 29:65.
(5) Berinfaq seperti halnya sekarang, tapi infaqnya diserahkan kepada amilin (Badan Amil Zakat) yang ada dibawah naungan Dinul Jahiliyah yang dipimpin oleh Abu Jahal Cs, bukan diserahkan kepada amilin (Badan Amil Zakat) yang ada dibawah naungan Dinul Islam yang dipimpin oleh Rosululloh SAW Qs 8:36.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir (pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Jahiliyah) menginfakkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah (Dinul Islam). Mereka akan menginfakkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan Qs 8:36.
(6) Mendirikan dan memakmurkan mesjid Qs 2:114 / 9:107-110 / 9:17-19.
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat Qs 2:114.
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (kepada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu sholat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka Apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang dzalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana Qs 9:107-110.
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir (menolak pindah ke dalam Agama Islam yang ada dibawah naungan Din Islam). Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim Qs 9:17-19.
(7) Pada tiap musim haji, mereka pun melaksanakan ibadah haji seperti yang telah disyari’atkan oleh Nabi Ibrohim AS, walaupun dalam pelaksanaan syari’atnya telah banyak penyimpangan Qs 2:158 / 3:96-99 / 9:19.
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui Qs 2:158.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. Katakanlah: “Hai ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, Padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?”. Katakanlah: “Hai ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?”. Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan Qs 3:96-99.
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah ? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dzalim Qs 9:19.
(8) Mereka selalu menentang; mengisukan dan menuduh sesat terhadap pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam, mereka menganggap bahwa para pemeluk Agama Islam yang ada dibawah naungan Dinul Islam ialah orang-orang berbahaya karena mereka memiliki visi dan misi untuk menegakkan Dinulloh (Dinul Islam) dan akan menghancurkan seluruh Dinul Jahiliyah yang ada di planet bumi milik Alloh SWT ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar